[caption id="attachment_145834" align="alignnone" width="300" caption="Ilustrasi: Pameran Foto Jugun Ianfu (Kompas/Arbain Rambey) http://cabiklunik.blogspot.com"][/caption] Lamunku menepi Menembus cakrawala imaji Mematut cermin diri Lari dan menari Imajiku menjalar, nanar! Mengendap getir saat kusadar Yang terlupa, yang terlunta Terkubur serpih sejarah, tersapu bulir berita Tahukah kau... Bunga-bunga itu bergelut dalam perih Jijik menutup menatap diri Tak jua sirna, asa berujung gulita Indah ragawi tak ada arti Kesucian diri seakan mati Terkoyak dalam sangkar, hina merasuk sukma Senada dengan romusha, asa berujung siksa Jiwa-jiwa itu melemah renta Di laga juang tak kenal gentar Negeriku, adakah pedulimu? Bangsaku, apa rasamu? Mengubah derik menjadi derap Mengurai kisut menjadi kasat Kawan, nyalakan pijar nuranimu Senandungkan cahaya batinmu Negeriku, pastilah kau tahu Bangsaku, adakah kau malu? Pada bunga yang mengulum luka Asa Jugun Ianfu itu masih ada "Terinspirasi dari kisah perbudakan seksual saat penjajahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945.Sebagian dari para mantan jugun ianfu (budak seks) hingga kini masih terus berjuang untuk memperoleh "hak"nya dari pemerintah Jepang."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI