Kata kuncinya adalah adanya kesetaraan, keadilan, kesamaan derajat, dan etika. Nilai-nilai ini pastinya ada disetiap agama. Maka dari itu melalui para tokoh agama diharapkan mampu untuk mempromosikan dan bahkan mengurangi PRTA. Demikian disampaikan Direktur LSM JARAK Jakarta Drs. Ahmad Marzuki sebagai pemateri dalam pertemuan tokoh Agama.
Selain itu mengajak semua peserta untuk memiliki kepekaan sosial guna mensukseskan apa yang disebut dengan kerja layak dan penghapusan pekerja anak. Karena Trend masyarakat global saat ini, yang dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu: (1) Kelompok marjinal (miskin, terbelakang pendidikan dan wilayah terisolir), (2) Perubahan perilaku (konsumtif, permisif, dan hedonis), (3) Mobilitas manusia (Migrasi karena politik, ekonomi dan sosial), (4) Dunia tanpa batas (kemajuan IPTEK).
Analisis data Sakernas dan Susenas tahun 2012 yang dilakukan oleh ILO Jakarta menunjukkan bahwa terdapat sekitar 2,6 juta jiwa yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Menurut studi yang dilakukan ILO 2002/2003, PRTA secara nasional diperkirakan sekitar 700.000 anak, sedangkan analisis ILO atas data dari Survei Pekerja Anak yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah PRTA mencapai 237.000 anak yang usia 10 hingga 14 tahun dan analisis data sakernas 2012 menunjukkan terdapat sekitar 110.000 anak usia 15 hingga 17 tahun yang bekerja sebagai PRT serta para PRT mayoritas perempuan dan berasal dari keluarga miskin.
Dosen Fisip Unila Dr. Dedy Hermawan sebagai panelis menyampaikan peran-peran yang bisa dilakukan oleh tokoh agama berkaitan dengan promosi kerja layak bagi PRTA, karena Tokoh agama adalah representasi kedudukan agama ditengah masyarakat yang membantu manusia selamat dunia dan akherat. Tokoh agama memiliki berbagai peran, diantaranya Memelihara masyarakat, pengukuhan nilai-nilai, membentuk dan menguatkan ikatan sosial dalam masyarakat.
“Pendekatan tokoh agama dalam perbaikan masalah masyarakat bisa dilakukan melalui pendekatan keluarga, berbasis masyarakat dan berbasis anak, dan berperan penyebaran informasi sekaligus pendidikan, merumuskan program-program kerja sosial ekonomi, sebagai lembaga advokasi dan perlindungan,” ujar Dedi.
Suster Vincentia, H.K mengatakan (1) perlu adanya perubahan mindset dari pembantu menjadi pekerja (2). Pendampingan PRT untuk meningkatkan ketrampilan (3). Pendampingan PRTA untuk perlindungan dan memberikan hak pendidikan, tumbuh kembang dan pengembangan minat dan bakat anak. (4). Tokoh agama perlu berperan sebagai penanaman nilai dan perlindungan umatnya. (5). Kampanye harus dilakukan secara kontinyu, menggandeng semua pihak untuk hasil yang lebih efektif
Promosi terkait isu-isu PRTA paling mudah yang bisa dilakukan adalah dimulai dari keluarga kita masing-masing. Kegiatan-kegiatan selanjutkan yang bisa dilakukan adalah melakukan pendampingan, baik mandiri (intern masing-masing agama) maupun kegiatan lintas agama. Akan tetapi pastinya akan menemui banyak kendala dan tantangan dilapangan, tetapi kita harus terus berusaha dan pantang menyerah. Baik melalui kegiatan PKK, Khotbah Jumat, Kegiatan Risma. Demikian yang di sampaikan Suster Vincentia, H.K.
Keterlibatan seluruh komponen masyarakat untuk mengkampanyekan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) terus dilakukan Lembaga Advokasi Anak (Lada), Lampung Membangun (LAMBANG), dan didukung Jaringan LSM Penanggulangan Pekerja Anak (JARAK) Jakarta, dan International Labour Organisation (ILO).
Melalui kegiatan Lokakarya Peran Tokoh Agama dalam Mempromosikan Kerja Layak bagi Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan Penghapusan Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA), diadakan di Hotel amalia, Selasa (23/2/2016).
Pertemuan tokoh agama tersebut dihadiri perwakilan dari 15 Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Lampung, bertujuan (1) Mensosialisasikan kerja layak bagi PRT dan Penanggulangan PRTA bagi tokoh-tokoh agama.(2). Merumuskan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan oleh tokoh-tokoh agama dalam turut mempromosikan kerja layak untuk pekerja rumah tangga dan Penghapusan pekerja rumah tangga anak. (3). Merumuskan bagaimana memantau implementasi langkah-langkah praktis tersebut. Demikian kata Aye Sudarto direktur Lambang.
Hasil dari pertemuan tersebut adalah tokoh-tokoh lintas agama akan hadir kepada umat ketika negara absen dalam penanganan PRT serta akan melakukan langkah-langkah praktis dengan turut mempromosikan dan mensosialisasikan kerja layak bagi PRTserta penghapusan PRTA.