Masa depan kerja menghadirkan tantangan dan peluang signifikan terkait isu perburuhan anak. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang dapat memengaruhi situasi ini: Otomatisasi dan Digitalisasi: Penghilangan Pekerjaan Tradisional: Perkembangan teknologi dapat mengurangi pekerjaan di sektor-sektor tradisional seperti pertanian dan manufaktur, di mana perburuhan anak sering terjadi. Namun, ini juga bisa mendorong anak-anak ke pekerjaan informal yang lebih tersembunyi dan sulit diawasi.
Kesulitan Akses Pendidikan: Di daerah di mana teknologi belum berkembang, anak-anak mungkin tetap terjebak dalam pekerjaan manual karena kurangnya akses pendidikan dan pelatihan yang relevan untuk masa depan digital.
Ketimpangan Ekonomi: Kemiskinan: Kemiskinan tetap menjadi pendorong utama perburuhan anak. Transformasi ekonomi yang tidak merata dapat memperburuk ketimpangan, meningkatkan risiko perburuhan anak di komunitas yang tertinggal.
Migrasi: Peningkatan urbanisasi dan migrasi untuk mencari pekerjaan bisa memaksa anak-anak terlibat dalam pekerjaan berbahaya atau tidak pantas di kota-kota besar.
Regulasi dan Pengawasan: Kepatuhan Hukum: Kurangnya penegakan hukum yang kuat dan pengawasan di beberapa negara dapat membuat perusahaan atau individu tetap mempekerjakan anak di bawah umur.
Industri Informal: Banyak anak bekerja di sektor informal yang sulit diatur, seperti pekerjaan rumah tangga atau usaha kecil keluarga, yang seringkali diabaikan oleh regulasi.
Teknologi dan Pendidikan: Edukasi Digital: Teknologi dapat digunakan untuk menyediakan akses pendidikan yang lebih luas dan berkualitas, membantu anak-anak keluar dari siklus kemiskinan dan perburuhan.
Pelatihan Keterampilan: Program pelatihan keterampilan digital dapat mempersiapkan generasi muda untuk pekerjaan masa depan yang lebih baik, mengurangi ketergantungan pada pekerjaan manual yang rawan eksploitasi.
Kesadaran Global dan Kerjasama Internasional: Inisiatif Global: Kampanye global dan kerjasama antar negara serta organisasi internasional dapat meningkatkan kesadaran dan menggerakkan aksi nyata untuk mengurangi perburuhan anak.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR): Semakin banyak perusahaan yang berkomitmen terhadap praktik bisnis berkelanjutan dan etis, termasuk memastikan rantai pasok mereka bebas dari perburuhan anak.
Perubahan Kebijakan dan Regulasi: Kebijakan Pro-Keluarga: Kebijakan yang mendukung keluarga miskin, seperti bantuan langsung tunai atau program beasiswa, dapat mengurangi kebutuhan anak-anak untuk bekerja.