[caption id="attachment_100999" align="alignnone" width="600" caption="[Ayep2pacshkr"]"] Enjoy Freedom[/caption]
Satu-satunya kebahagiaan sejaati datang dari sikap menghamburkan diri kita untuk satu tujuan –William Couper
Berbicara tentang nikmat manusia tak pernah lepas dari yang namanya materi, semakin mudah kita mendapatkan hal tersebut maka semakin mudah pula seseorang terjatuh dalam menghambur-hamburkan diri pada tujuan yang tidak lazim.
Sejatinya semua yang tercipta –baik itu kreasi Tuhan maupun manusia- di dunia ini sangat bermanfaat jika kita menyadari akan hal-hal positif yangtersimpan dalam setiap kreasinya. kelaliman, tendensi dan pengaruh children today yang mendewa-dewakan prestise menjadikan semua hal baik menjadi terbalik dan berimbas pada mendominasinya efek negatif yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Maka nikmat Tuhan yang manakah lagi yang akan kita dustakan.
Jika masalah diatas saja sudah sulit untuk diapresiasi secara positif maka layakkah kita mendapatkan nikmat-nikmat lain yang telah Dia berikan hanya kepada orang-orang pilihanNya? Entah berapa kali kita mengeluh tanpa ada ittikad kesungguhan yang sesungguhnya. Angan-angan terlalu tinggi memudahkan kitamelupakan segala hal yang bersifat hakiki. Kesibukan pada hal-hal yang tidak memberikan manfaat jangka panjang dan ketenangan batin merupakan ciri lain dari cara Tuhan menjauhkan kita dariNya.
Lalu apakah nikmat yang paling jarang dirasakan manusia itu? Mengapa kita sering terjerembab dalam nikmatnya fatamorgana kehidupan. Apakah hal ini bisa kita kaji dan jalani tanpa melalui bimbingan sang ahli?
Mengapa sang Rasul berkata kepada para sahabatnya dengan penuh keharuan : jika kalian megetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan lebih banyak menangis daripada tertawa.
Nikmat ini mungkin sangat sepele dan tidak pernah terfikirkan oleh manusia pada umumnya. Nikmat yang sebenarnya melebihikenikmatan yang dirasakan oleh para pasangan muda yang sedang kasmaran yang kerap menghamburkan waktunya untuk memadu kasih atau bahkan melebihi kenikmatan pelaku kehidupan malam yang tertawa renyah tanpa beban dengan gelas-gelas alkohol dan dentuman suara disco.
Lalu apakah gerangan nikmat itu? Mengapa mayoritas nikmat ini hanya diberikan kepada orang-orang khusus yang sangat siap dengan kehidupan apa-adanya.
Who knows....?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H