Mohon tunggu...
AHMAD MU'AZATUL HUZAERI
AHMAD MU'AZATUL HUZAERI Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Selanjutnya

Tutup

Money

Lebih Baik Jadi TKI Daripada Jadi Siswa?

16 Maret 2016   10:58 Diperbarui: 16 Maret 2016   11:12 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masuk ke sekolah dasar di lanjutkan ke jenjang SMP dan SMA,  Tetapi kebanyakan hanya sampai ke jenjang SMP saja. Mereka lebih memilih menjadi TKI atau kawin ketimbang sekolah lagi, itu hal yang sudah sering terjadi di kampung saya.

Bukan hanya itu saja. yang lebih parahnya lagi, ketika mereka sudah kawin dan sudah punya anak, mereka cerai tanpa rasa tanggung jawab menjadi seorang ibu dan bapak sehingga tidak berpikir panjang lagi untuk menjadi TKI, tak seorangpun menganggap itu sebagai masalah.

Pada dasarnya pendidikan itu sangatlah penting namun kebanyakan dari mereka tidak mengerti atau tidak sadar sadar betapa pentingnya pendidikan tersebut, tidak hanya faktor kesadaran saja yang membuat mereka putus sekolah melainkan ada banyak faktor seperti salah satunya, faktor ekonomi, faktor kemauan, faktor lingkungan dan lain sebagainya. tetapi dari semua faktor tersebut yang lebih besar pengaruhnya yakni faktor kesadaran, dimana dengan adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan tersebut maka kemungkinan besar faktor-faktor yang lain akan tertutupi.

Ketika menyebut sekolah yang terbayang dimata mereka hanyalah biaya, Biaya dan biaya. Padahal masalahnya bukan hanya biaya saja. Contoh kecilnya, banyak orang kaya hidup berkecukupan, bermewah – mewahan, punya segalanya dan mereka tidak bisa sekolah. Sehingga Bisa saja sekolah itu tidak menarik menurutnya atau tidak ada kemauan untuk belajar. Jika Kalau ada kemauan tersebut, maka dia akan merasa rugi karena tidak bisa memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk sekolah sampai jenjang yang paling tinggi. Jadi artinya, sekolah tersebut tidak terus – menerus menyangkut tentang biaya.

Kata mereka sekolah itu tidak membuat kita jadi kaya, sekolah itu juga tidak membuat nasib berubah, kalau lahir dari keluarga miskin, yaaa seterusnya tetap begini – begini saja. Tetapi ingat, jangan karena terlalu lama memikirkan biaya, malah tidak sekolah jadinya.

Ada orang yang saya kenal, anggaplah tetangga saya. Dia sudah duduk di bangku SMP, dia berhenti dari sekolahnya karena ingin membina rumah tangga. Tidak lama setelah mereka kawin, mereka cerai dan pada akhirnya mereka pergi ke malaysia dengan tujuan hanya satu yakni mencari uang yang banyak agar bisa buat rumah, kawin lagi dan sebagainya. itulah salah satu impian dari anak muda di kampung saya. Tetangga saya itu merasa jadi TKI lebih menjanjikan dari pada  jadi siswa atau seorang pelajar. Sekolah sudah membosankan, tidak ada hal yang menarik dan baginya kalau sekolah, lebih lama di petik hasilnya itupun harus bersaing dengan banyak orang untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.

Lagian tidak ada salahnya bekerja setelah selesai sekolah dan sebenarnya sekolah itu bukan semata hanya untuk mendapatkan tiket pekerjaan. Sekolah tersebut mengajarkan kita menjadi manusia terdidik secara moral dan intelektual, Tangguh, kuat menghadapi masalah, Punya mental kemandirian, kreatif dalam bekerja dan lain sebagainya. orang lebih memilih jadi TKI dari pada melanjutkan sekolah ini dikarenakan sekolah tidak bisa memberikan jaminan orang mendapatkan pekerjaan selepas keluar dari sekolah ini terjadi karena kurangnya atau minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di negeri tercinta ini. Pemerintah yang seharusnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya malah sibuk dengan membuka proyek - proyek baru untuk mereka korupsi atau makan sendiri tanpa rasa malu dan tanggung jawab. Sungguh lucunya negeriku ini.!

Kekayaan negeriku sungguh besar tapi entah kapan kami bisa merasakan kekayaannya atau kami tidak akan pernah merasakan kekayaan negeri sendiri, mungkin kami hanya bisa merasakan kekayaan negeri orang saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun