Mohon tunggu...
Ayesaah Al-maDInah
Ayesaah Al-maDInah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis itu hobi, bercerita itu kesenangan . Mari berbagi Demi Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Sukarno Hingga SBY Selanjutnya Dahlan Iskan?

15 November 2013   16:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap pemimpin datang untuk menjawab persoalan jamannya. Setiap jaman melahirkan pemimpin yang sesuai dengan persoalannya. Situasi tersebut alamiah terjadi di setiap bangsa. Bagaimanapun negatifnya pandangan publik terhadap pemimpin tersebut pada akhir masa atau pasca kepemimpinannya, mereka telah memberikan apa yang dibutuhkan jamannya saat itu. Sehingga, opini negatif yang muncul tak lebih dari berubahnya persoalan jaman. Mereka dianggap tak lagi relevan untuk menjawab persoalan yang terjadi. Persoalan baru yang dihadapi membutuhkan sosok pemimpin baru pula untuk menjawabnya.

Sukarno hadir menjawab persoalan jamannya. Kemampuan retorika yang dimilkinya berhasil membangun kesadaran bersama untuk merdeka. Ia berhasil meyakinkan berbagai pihak untuk melahirkan Indonesia Merdeka. Terlepas dari adanya kepentingan politik dan upaya perebutan kekuasaan, Sukarno pun dianggap tidak relevan lagi memimpin bangsa Indonesia yang telah mengalami perubahan pasca kemerdekaan. Kemampuan retorikanya tak lagi relevan di tengah masyarakat miskin dan terpecah-pecah. Munculnya beragam Ideologi yang dipaksakan untuk menjadi dasar Negara membuat situasi bangsa goncang.

Soeharto datang. Dengan gaya kepemimpinan yang otoriter, Soeharto berhasil mengerucutkan perbedaan, termasuk ideologi-ideologi yang saling berseberangan. Terlepas dari pandangan saat ini tentang berbagai pelanggaran HAM yang dilakukannya, awal kepemimpinannya dapat dianggap sebagai jawaban persoalan saat itu. Indonesia berhasil disatukan meski dengan cara-cara yang otoriter. Namun seiring era demokrasi yang semakin mendominasi Negara-negara di dunia, gaya kepemimpinan Soeharto yang otoriter sudah dianggap tidak relevan lagi bagi persoalan bangsa. Masyarakat membutuhkan Demokrasi.

Persoalan ini dijawab oleh BJ Habibie. Salah satu kebijakannya yang hingga saat ini masih dirasakan dan dianggap sebagai satu-satunya keberhasilan reformasi adalah kebebasan pers, melalui UU Pers No. 40 Tahun 1999. Tuntutan demokrasi masih terus bergulir, hingga era Gusdur dan Megawati. Gusdur berhasil memberikan kebebasan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk etnis China. Pada era Gusdur lah Imlek menjadi hari libur nasional. Sementara, Megawati berhasil melahirkan pesta demokrasi pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden melalui UU No.23 tahun 2003. Akan tetapi lagi-lagi Persoalan Indonesia berubah. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membangun kembali perekonomian nasional.

SBY pun dipilih rakyat Indonesia untuk menjawab persoalan tersebut. Ia pun berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Ia mampu melampaui target-target pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 3% dan mengukir pertumbuhan ekonomi hingga 6%. Sekarang, publik sudah tidak lagi menganggap SBY sesuai dengan persoalan Indonesia. Persoalan efisiensi, reformasi birokrasi yang gagal, dan tantangan perekonomian global, terutama persoalan impor berbagai kebutuhan hidup masyarakat yang menjadikan ketahanan diberbagai bidang semakin melemah. Sebut saja ketahanan pangan dan ketahanan energi.

Lalu siapa yang mampu menjawab tantangan ini. Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki kompetensi untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. Indonesia tidak membutuhkan pemimpin yang sekedar populer. Ignas Kleden pernah menyampaikan bahwa dalam masyarakat Demokrasi, setidaknya ada tiga hal penting yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin, yakni Kompetensi, Konstituensi, dan Integritas.

Dahlan Iskan memiliki kompetensi. Kemampuan manajerial dan gaya komunikasi yang apa adanya membuat dia mampu menciptakan organisasi yang efisien dan cair. Bukti nyatanya dapat kita lihat melalui kemampuannya mengembangkan Jawa Pos Group menjadi salah satu perusahaan media dengan oplah paling besar. Di PLN pun dia banyak mempelihatkan hasil kerja yang baik. Dia mampu membuat karyawan PLN yang semula menolaknya menjadi bentuk dukungan terhadapnya. Tentu ini bukan perihal mudah. Hanya melalui kinerja dan kemampuan membangun hubungan baik dengan bawahannya lah yang membuat ini berhasil. Semua pemimpin perusahaan di berbagai penjuru dunia pada era ini akan bicara hal sama, yakni karyawan adalah aset terpenting perusahaan. Hanya dengan membangun komunikasi yang baik dengan karyawan lah yang bisa mengoptimalkan kinerja perusahaan. Selama dua tahun menjadi Menteri BUMN pun ia telah banyak mengukir prestasi. BUMN semakin mendunia. BUMN banyak melakukan ekspansi ke luar negeri. Ini berkat kemampuannya dalam melobi dan menciptakan budaya kerja yang efisien di tubuh BUMN.

Dahlan Iskan banyak pendukung. Jika kita perhatikan, hampir di setiap daerah dia memiliki pengagum dan pendukung yang loyal. Ia adalah sosok yang inspiratif bagi para generasi muda. Ia orang yang senang berbagi pengalaman dengan siapa saja. Hal ini menjadikannya banyak dikagumi para entrepreneur muda dari berbagai komunitas. Ia memiliki konstituen yang cukup untuk menjadikannya pemimpin masa depan.

Integritas Dahlan Iskan tidak diragukan. Bahkan pengakuan integritas Dahlan Iskan datang dari berbagai kalangan seperti Kyai, Pastor, dan para pemuka agama lainnya. Salah satu bukti nyata yang dapat kita lihat adalah mengenai budaya anti “Asal Bapak Senang”. Budaya di PLN yang dulunya terbiasa dengan bingkisan dari daerah terhadap pejabat pusat ia hilangkan. Ia melakukannya sendiri dan menularkannya kepada karyawan-karyawan lainnya. ia selalu menolak ketika para pejabat daerah ingin memberikan bingkisan. Bahkan, jika ada yang sudah terlajur dikirim, ia akan membayarnya dengan uang dari kantong pribadinya. Budaya ini yang diterapkannya di berbagai institusi yang dipimpinnya. Untuk melakukannya, ia selalu memulai dengan mencari orang-orang yang memiliki integritas baik. Karena ia percaya bahwa orang yang memiliki integritas baik akan bersahabat dan memilih orang-orang yang memiliki integritas baik pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun