Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia akan tetap menjadi makhluk yang unggul, jika mampu mengaktualisasikan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan ketentuan Allah (Sunnatullah).
Setiap manusia yang terlahir ke dunia, mempunyai potensi dasar bawaan yang sama, yaitu penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan), pikiran, karsa, cipta, karya dan hati nurani.
Potensi bawaan ini, pada dasarnya hampir sama. Yang membedakan adalah kapasitas kekuatannya. Tetapi saat terlahir dalam keadaan tidak berdaya (tidak punya kemampuan apa-apa).
Menurut pandangan agama Islam, anak terlahir dalam keadaan fitrah (suci bersih) dan dhaif (lemah). Ia dapat berkembang menjadi manusia hebat dan berkualitas, kalau potensi dasar itu dibangun dan diarahkan sesuai norma-norma kehidupan yang ada.
Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah dalam surat An Nahl Ayat 78, yang artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan yang tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
Jika manusia menyadari tentang kodrat kehidupannya yang di alami saat dilahirkan dalam keadaan lemah, maka haruslah bersyukur. Karena dengan kehendak Allah, manusia dapat menikmati dan mengatur semua apa yang ada di dunia ini.
Manusia dilarang bersikap sombong karena ilmunya. Sebab, pada waktu dilahirkan menusia tidak mempunyai ilmu sedikitpun, dan ilmu yang dimiliki sekarang tidak seberapa jika dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah SWT. Kita diharapkan berendah hati di hadapan Allah, dan selalu menggunakan akal, pikiran, hati nuraninya untuk menggali ilmu-ilmu Allah, dan selalu menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Mari kita coba melakukan refleksi dan perenungan terhadap apa yang kita miliki. Dalam perenungan ini, kita sesekali menghitung dan mengidentifikasikan bagian-bagian tubuh kita. Kita lakukan kalkulasi nilai (harga) bagian fisik atau psikis kita. Kalau diganti dengan harga finnasial (diuangkan), berapa nilainya?
Contoh soal, mata kita yang berfungsi untuk melihat. Bayangkan, jika kita tidak bisa melihat apa yang ada di dunia ini. Betapa susahnya hidup ini.
Jika seandainya, Allah tidak memberi mata dengan normal atau kita buta, maka kita tentu kehilangan sebagian kenikmatan hidup di dunia. Kita tidak pernah tahu, indahnya sebuah warna, kita tidak pernah tahu berbagai rupa benda-benda yang menyenangkan disekitar kita. Dan tentu kita tidak pernah bisa membaca berbagai tulisan yang ada di dunia ini.
Lantas, kita yang normal ini, apakah kita tidak bersyukur kepada Allah? Digunakan untuk melihat apa, mata kita yang normal ini? Apakah kita mampu memanfaatkan untuk hal-hal yang positif? Inilah pertanyaan-pertanyaan, yang tidak perlu dijawab dengan kata-kata.
Setidaknya, sebagai aktualisasi syukur, mata kita gunakan untuk membaca apa saja yang bernilai positif, misalnya untuk membaca Al Qur’an, belajar mengaji, dan digunakan melihat hal-hal yang bernilai pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H