Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyimpan Dendam Setiap 30 September? Tirulah Nelson Mandela

29 September 2017   22:10 Diperbarui: 30 September 2017   15:55 6717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: qz.com Remembering Mandela. (AP Photo/Jerome Delay)

Saya pun salut terhadap TNI yang mau tunduk terhadap konstitusi dan bersedia kembali ke barak pasca runtuhnya rezim yang menganakemaskannya. Tetapi sifat eksklusif dan elit juga menimbulkan adanya pride atau kebanggaan bagi anggota organisasi tersebut sebagaimana layaknya seorang manusia yang memiliki kebanggan karena memiliki pekerjaan yang istimewa lengkap dengan hak-hak yang melekat pada pekerjaannya.

Dan pekerjaan TNI juga merupakan pekerjaan yang istimewa. Silakan Anda bayangkan betapa tangguhnya latihan yang harus mereka lalui, belum lagi pengorbanannya harus mau jauh dari keluarga ketika bertugas serta risiko yang harus mereka tanggung ketika ditembaki oleh musuh dan ketika salah menembak orang.

Tentu saja pride TNI akan terguncang bahkan hilang ketika mereka diharuskan mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf kepada pihak yang dianggap telah menculik dan membunuh para senior mereka pada peristiwa G30S/PKI.

Bagi saya langkah ini pun merupakan usaha yang sia-sia dan tidak produktif karena biar bagaimanapun juga TNI merupakan institusi penting yang kita sebagai rakyat Indonesia harus bangga memilikinya. Menuntut pemerintah saat ini untuk meminta maaf atas perbuatan rezim yang lalu pun hanya akan membuat luka lama terbuka kembali yang hanya akan melukai pride dari TNI (terutama AD) sebagai pihak yang kehilangan banyak jenderal seniornya waktu peristiwa G30S PKI.

Lantas apa yang harus dilakukan terutama bagi kedua kubu ini? Lakukanlah hal sebagaimana yang dilakukan oleh Nelson Mandela lakukan terhadap mereka yang memenjarakan beliau selama 27 tahun yaitu "memaafkan mereka".

Terdengar seperti sebuah retorika tapi dendam, kebencian dan amarah hanya akan membuat bangsa kita maju di tempat. Forgiveness is our only way to move forward.

Bagi mereka yang anti PKI banget, maafkanlah perbuatan mereka yang telah memberontak terhadap pemerintah yang sah, yang telah membunuhi banyak santri dan ulama, yang telah membakari kitab suci dan rumah ibadah.

Bagi mereka yang merupakan anggota keluarga dari PKI serta anti rezim orba, maafkanlah pemerintah berikut unsur TNI nya, mereka pernah salah tapi jangan minta mereka untuk minta maaf atau hanya sekedar mengakui kesalahan mereka. Karena toh, peristiwa-peristiwa tersebut telah terjadi dan permintaan maaf atau pemberian kompensasi dan hukuman tidak akan mengubah kelamnya noda dalam sejarah bangsa ini.

Jalan yang terbaik adalah saling memaafkan bagi kedua kubu ini.

Saya bukan orang yang pernah menjadi atau memiliki anggota keluarga yang menjadi korban kekejaman PKI.

Saya juga tidak pernah mengalami penyiksaan puluhan tahun oleh rezim Orde Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun