Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Sebagai Pemicu Inovasi

29 September 2017   02:38 Diperbarui: 29 September 2017   02:59 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Justru di momen krisis inilah pemerintah seharusnya memusatkan perhatiannya pada riset dan pengembangan (R&D). Wiliam Burton tidak sekonyong-konyong menciptakan proses cracking, Alan Turing melakukan puluhan percobaan sebelum computer buatannya sanggup memecahkan kode enigma Jerman, begitupun dengan ratusan inventor lain.

Tentu saja dalam berbagai momen, peran negara sangat penting dalam mendukung R&D. Robert Watson-Watt tidak akan mungkin mengembangkan radar kalau pemerintah Inggris tidak mendukungnya. Seandainya pemerintah Jerman tetap bersedia mengimpor nitrat dari Chile yang dikuasai Inggris, mungkin Fritz Haber tidak akan menemukan proses Haber untuk membuat ammonia dari udara. Banyak pula inovasi-inovasi lain yang memang pada dasarnya mendapat dukungan pemerintahnya karena adanya kebutuhan yang besar dari barang yang bernilai strategis bagi pemerintah negara tersebut.

Itulah sebabnya untuk menjawab berbagai krisis yang dihadapi oleh bangsa kita, pemerintah sudah harus mulai fokus terhadap anggaran untuk melakukan R&D. Suatu proses inovasi tidak dapat terjadi apabila kita hanya mengundang investor asing untuk buka pabrik di dalam negeri dan berharap adanya proses transfer teknologi dari perusahaan tersebut.

Jepang tidak menjadi produsen mobil hanya karena General Motor membuka pabriknya disana, melainkan dengan upaya R&D yang terus menerus oleh inventor mereka yang tentu saja didukung oleh pemerintahnya. Tanpa R&D mustahil anak bangsa dapat membuat inovasi yang dapat mengalahkan produk yang dihasilkan bangsa lain. Tanpa dukungan pemerintah di sector R&D mustahil kita bisa menguasai sebuah teknologi yang belum dikuasai bangsa lain.

Lihat saja negara-negara tempat para investor asing berasal, dimana mereka memiliki pusat riset tempat para perisetnya dapat berinovasi. Sedangkan yang dibangun di negara kita hanya pabrik untuk produksi saja. Tentu saja, mereka berbagi ilmu tentang skema teknologi, cara memperbaiki serta cara merawat produk mereka. Tapi hanya itu, tidak lebih dan tidak kurang.

Lihat saja Toyota, sudah berapa tahun pabrik nya di buka di Indonesia, apakah kita bisa membuat mobil dari nol? Jika hanya memproduksi jelas bisa, karena aktifitas yang dilakukan hanya merakit, bongkar pasang, modifikasi dan memperbaiki. Tapi adakah aktifitas mencetak blok engine? Komposisi kimianya seperti apa? Metodenya seperti apa? Kalaupun ada biasanya untuk teknologi yang mereka anggap sudah obsolete atau usang dimana mereka akan bersedia berbagi teknologi yang sudah tidak mereka lirik lagi. Tentu saja pusat risetnya pun ya di negara induk mereka. Toyota mengembangkan mobil hybrid di Jepang bukan di Indonesia, PLTB yang dibangun di Sidrap, turbin anginnya di buat di Amerika bukan di Indonesia, bahkan mesin TBM yang digunakan untuk membuat terowongan MRT di Jakarta pun di bangun dan dikembangkan di Jerman bukan di Indonesia.

Jadi di sini jelas bahwa R&D merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah bangsa jika ingin berdiri sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju di dunia. Kalau pemerintah mengabaikan R&D dan berharap bahwa dengan mengundang investor asing masuk maka otomatis akan ada alih teknologi, maka silakan mimpi basah di siang bolong karena hal itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan yang terjadi adalah ketergantungan dan tentu saja ketakutan apabila investor tersebut angkat kaki seperti yang terjadi pada sector otomotif kita dan berpotensi untuk terjadi apabila kita mulai mengimpor mobil listrik.

Pertanyaannya R&D seperti apa yang perlu di kejar oleh pemerintah? Mengingat anggaran kita di APBN juga sangat terbatas, belum lagi keinginan pemerintah saat ini untuk membangun infrastruktur secara massif. Menurut saya ini adalah jawabannya, tapi mengapa harus ini akan dibahas di tulisan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun