Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sapi Perah Merah

18 Oktober 2021   12:54 Diperbarui: 18 Oktober 2021   12:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terjerembab dalam kepenatan
Kidung surya menyerigaikan kegamangan
Bulan memacu hasrat temaram
Bintang berpagut segan
Langit terikat karam
Aku terkulai nelangsa
Asa pekat terkulai pasrah
Kehidupan sendu terasa
Karena kekayaan binal milik mahluk berkerah
Aku, mereka, kamu, dia adalah sapi perah
Semuanya adalah mahluk merah liar
Sementara kucing gedung tersipu gundah
Planet biru luruh bergetar
Detak waktu yang tersiar,- aksioma dilematis
Menggantung mimpi di ufuk mentari
Pedang menyayat sadis
Kegamangan silih berganti
Hidup yang sesat terbitlah sudah
Karena telah tinggal di tempat basah
Akankah hidup ini terasa cerah?
Jawabannya ada di ujung jembatan tol
Lho gimana dengan hotel berbintang lima yang berselingkuh dengan aparat
Hutan yang diperkosa oleh para penjilat
Ubur-ubur yang tergusur lulur -- kasur
Kententraman alam dihiasi dengan syukur
Jakarta 19 Juni 2003

telah terpublikasi di PoemHunter dengan judul Red-Daily-Cow

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun