Mohon tunggu...
Zulkarnain El-Madury
Zulkarnain El-Madury Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menganut Theologi Anti Paganisme/Syirik.\r\nTauhid adalah pahamku\r\nSyariat adalah hukumku\r\nAllah adalah Tuhanku\r\nMuhammad adalah Metode (manhaj)hidupku

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ada Apa Dengan Kompasiana ?

9 Februari 2011   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Aku tersipu malu membaca kompasiana, selain karena kompasiana kehilangan keseimbangan, ada perasaan takut menjalar dalam dirinya. Tak terlintas di benaknya “apa motivasi kompasiana sehingga harus menutup akses Rubrik agama”. Kalau dikatakan menguntungkan, tentu tidak, karena mungkin gairah pembaca awalnya terdorong sehingga terdongkrakrasa ingin membaca tema tema tulisan di Kompasiana. Bisa di buktikan sejak awal, kalau tulisan terbanyak pembacanya itu adalah rubrik agama, belum lagi gairah umat di luar eksodus ke Kompasiana, ada keinginan tertambat dihati mereka, ingin tahu . “ada apa di kompasiana?”.

Tetapi sikap kompasiana adalah suatu keharusan, sebab kompasiana berdiri di bawa naungan kompas, tentu itu faktor dominan mengapa rubrik agama kompasiana itu harus di hapus ?. Namun apakah pertimbangan kompasiana itu benar atau tidak, tentunya harus menempuh banya ujian. Padahal mestinya yang harus dilakukan oleh kompasiana harus sangat demokratis dan innovatif kedepan dengan memperbaiki syarat . Bukan tidak mungkin dengan meninggalnya “rubrik agama kompasiana”juga akan mengurangi minat berpikir kreatif para penulis.

Saya teringat masa orde baru masih eksis dalam bentuk birokrasi, waktu itu idealisme di pangkas dari lini kehidupan bangsa. Tak seorangpun berani mengungkapkan pendapat terang terangan. P4 ditanamkan seperti halnya kitab suci. Setiap Calpeg harus tahu semua isi P4, harus ikut penataran, bahkan wajib atau fardlu ‘ain, yang tidak melaksanakan aturan P4 dianggap dosa besar, maksudnya bisah dituduh Subversi. Ada lagi, seluruh ormas harus meletakkan Pancasila sebagai dasar organisasinya. Akibatnya banyak organisasi harus bernasib sial, tidak boleh beroprasi selama tidak meletakkan Pancasila sebagai asas tunggal.

Akankah yang demikian, kini harus hidup dikompasiana, membungkam mereka yang berpikir agama, ataukah ini bentuk sekularisasi kompasiana ?....setelah tidak mampu menyikapi secara adil para penulis bernilai agama. Hanya pertanyaanku : “ Ada apa dengan Kompasiana ?”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun