Dalam sebuah pernyataan Marzuki Ali ( (MA)ketua DPR asal Demokrat) menyebut dirinya sebagai manusia tanpa pamrih politik, bahwa upaya  MA menmpuh rekonsiliaisi terhahap koruptor, memberikan ampun atau maaf kepada para pelaku koruptor, menurutnya tidak bisa di pandang sebagai "obrolon politisi", karena menurut dirinya, beliau memiliki latar belakang "Pengusaha' bukan politisi. Jika pengakuan MA itu benar. maka lebih menyimpulkan "kalau pernyataan MA tersebut lebih kejam dari seorang politisi.
Kalau anda simak dunia bisnis, justru lebih politis dalam menentukan harga, bahkan lebih banyak bohongnya ketika berspekulasi soal soal bisnis. Mulai dari pedagang kaki lima atau pedagang asongan yang berputar putar di termina, diatas bis, di stasiun KA (kereta Api) ketika  mengedarkan kui, air aqua, dan bermacam makanan ringan, justru mereka lebih pandai bermain politik. Promosi mereka bahkan terkesan memaksa orang lain mau membeli dagangannya. Ini hanya sekedar gambaran . bahwa seorang pengusaha, itu lebih piawai dari seorang politisi, ilmu basa basih mereka sekitar bisnis merupakan alat utama dalam melakukan loby pada orang lain guna di buat suka  dan menyukai membeli barangnya.
Dalil MA tersebut menggunakan "ajian mumpung sebagai wakil rakyat di DPR" menyuarakan kehendak hatinya yang  mengaku dirinya jujur, tak lebih hanya sekedar kelekar politis para pengusaha yang cendrung spekulatif . Sebab ketika orang mengaku dirinya jujur, sebenarnya dia adalah orang yang paling curang.
Kalau para koruptor harus di maafkan, bagaimana dengan para pencuri ayam di gebuk habis habisan oleh hukum, bukan akal licik MA tersebut bisa menyemarakkan koruptor dan para maling, yang pada intinya koruptor itu maling berdasi .......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H