3. Attachment Cemas-Evitasi (Anxious-Avoidant Attachment)
   Anak dengan keterikatan ini tampak tidak peduli saat pengasuh pergi atau kembali. Mereka cenderung menghindari pengasuh dan menunjukkan kemandirian yang tampak prematur, meskipun di dalamnya mereka mungkin merasa tertekan.
Di kemudian hari, peneliti lain menambahkan kategori keempat yang dikenal sebagai disorganized attachment, yang mencerminkan respons yang tidak konsisten atau bingung terhadap pengasuh.
Implikasi Teori Attachment
   Teori attachment memiliki implikasi yang luas dalam berbagai aspek, mulai dari pola pengasuhan hingga intervensi klinis. Hubungan yang terbentuk sejak dini dapat memengaruhi kesehatan mental individu, kemampuan menjalin hubungan interpersonal, hingga cara menghadapi stres.
   Dalam dunia pendidikan, teori ini mendorong pentingnya lingkungan yang mendukung secara emosional untuk membantu anak-anak merasa aman dan percaya diri dalam belajar. Di bidang terapi, teori attachment menjadi dasar untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam hubungan emosional, baik karena pengalaman masa kecil yang kurang baik maupun trauma lainnya.
Kesimpulan
   Teori attachment yang dikembangkan oleh John Bowlby dan diperkuat oleh Mary Ainsworth memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya hubungan emosional awal dalam kehidupan manusia. Keterikatan yang sehat antara anak dan pengasuhnya tidak hanya mendukung perkembangan emosional pada masa kanak-kanak, tetapi juga membentuk dasar bagi hubungan interpersonal yang sehat di masa dewasa. Pemahaman ini menjadi landasan penting bagi berbagai bidang ilmu, termasuk psikologi, pendidikan, dan kesehatan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H