Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Waspada di Awal Tahun Politik

4 Januari 2018   19:28 Diperbarui: 4 Januari 2018   19:41 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi 212. sumber foto: news.bersamadakwah.net

Bulan terakhir di tahun 2017 yang lalu adalah bulan yang melahirkan ketakutan kewaspadaan untuk tahun 2018. Di bulan Desember yang lalu terdapat dua diskusi menarik di Yogyakarta. Keduanya memiliki topik bahasan yang tidak jauh beda. Keduanya secara tidak langsung menjadi kaledioskop yang menarik walau tidak menyeluruh mengenai dinamika politik yang terjadi begitu panas di tahun 2017.

Diskusi pertama adalah "Pasang Surut Populisme Kanan" yang dipantik Made Supriatma dan diskusi kedua adalah "Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan Agama dan Ancamannya bagi Demokrasi" yang juga menjadi peluncuran buku  terjemahan dengan judul sama karya Cherian George.

Dalam diskusi yang berpijak pada esainya, Made Supriatma menyatakan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta menandakan perubahan yang signifikan dalam politik Indonesia karena memunculkan gerakan populis. Selanjutnya banyak diceritakan kejadian-kejadian di sekitar masa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, menjelaskan populisme dengan perbandingan di negera lain seperti Amerika Serikat dan kemudian populisme di Indonesia sendiri. Pada bagian akhir kemungkinan keberlanjutan populisme di 2018 menjadi diskusi yang seru.

Di lain diskusi, pelintiran kebencian berlatar belakang agama dibahas berdasarkan studi kasus di India, Amerika Serikat dan Indonesia. Mengenai studi kasus di Indonesia, kajian Cherian George bahkan terjadi sebelum masa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Walau demikian, peristiwa di tahun 2017 tersebut tetap menjadi contoh kasus yang didiskusikan oleh para pembicara. Pada bagian akhir diskusi, dibahas pula kemungkinan keberlanjutan pelintiran kebencian di 2018.

Kedua diskusi ini sama-sama membahas kejadian yang terjadi di tahun 2017. Di tahun 2017 yang lalu situasi politik yang memanas selalu diwarnai kebencian dan syahwat hanya untuk menang, bukan semangat untuk melayani sehingga berbagai cara-cara pun dihalalkan. Di bagian akhir, keduanya juga sama-sama membahas kemungkinan di 2018, semakin menguatnya populisme dan penggunaan kembali pelintiran kebencian.

Kemungkinan inilah yang menjadi awal ketakutan kewaspadaan. Berbagai peristiwa di tahun 2017 harus dijadikan pelajaran berharga dalam kedewasaan politik berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pelajaran, yang bagaimanapun sudah terlanjut terjadi ini, di awal tahun 2018 perlu dijadikan pengingat akan arah yang akan dijalani. Kewaspadaan untuk menghentikan perkembangan populisme dan menghilangkan ruang penggunaan pelintiran kebencian. 

Peran setiap warga negaranya sangat dibutuhkan pada waktu-waktu mendatang. Peran seberapa kecil dan besarnya dan apapun itu sangat penting.

 Kewaspadaan ini perlu dibangun di awal tahun 2018, tahun ketika Pemilihan Kepala Daerah serentak kembali digelar. Sehingga dapat menjadi aksi nyata di sepanjang tahun 2018, sebelum Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden kembali digelar di tahun 2019. Agar akal sehat dan hati nurani benar tetap menang di setiap dinamika politiknya. Agar ketakutan yang sama tidak perlu dibangun di akhir tahun ini dan awal tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun