Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Marlina yang Bercerita

28 November 2017   12:33 Diperbarui: 28 November 2017   12:40 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: entertainment.kompas.com

Perjalanan yang luar biasa. Bagaimana tidak, penjelajahan alam dan situasi sosial di Sumba dilakoni dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. Jelajah yang hanya dilakukan dengan duduk nyaman sambil menonton "Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak".

Film diawali oleh peringatan bahwa nama tokoh, jalan cerita dan tetek bengek lainnya adalah karangan semata. Awalan tersebut ditutup dengan ciamik dan menarik, "Keindahan alam Sumba dalam film ini adalah nyata". Benar adanya. Dalam penjelajahan di dalam bioskop tersebut, keindahan alam berbentuk lekuk-lekuk bukit yang eksotis khas Sumba sering sekali menjadi latar belakang pengambilan gambar.

Namun yang lebih menarik dan sangat berharga adalah cerita yang dilakonkan. Makna mendalam yang dibungkus dengan tontonan yang membuat penontonnya terikat dan terhanyut secara emosional dalam alur cerita.

Obyektifikasi wanita dalam budaya patriarki adalah salah satu pertama dari situasi sosial yang digambarkan. Marlina diceritakan didatangi Markus dan keenam rekannya untuk menagih hutang. Setelah semua hewan ternak diangkut, kawanan tersebut meminta utang juga dibayar melalui proses "tidur bersama" ketujuh-tujuhnya secara bergantian. Tercerita juga bagaimana Novi, rekan seperjalanan Marlina, yang dicampakkan suaminya akibat bayi yang dikandungnya tak kunjung lahir. Novi dituduh berselingkuh dan membuat janin di dalam rahimnya menjadi sungsang.

Namun lagi, yang lebih luar biasa adalah melihat bagaimana para wanita dalam cerita tersebut berjuang demi kehidupan dan kebenaran yang diimani. Dari awal ketika Marlina dengan tenang membela diri dengan rempah beracun dan juga memutuskan leher Markus. Ketika Marlina dengan berani menempuh perjalanan ke kantor polisi dengan mengancam sopir bus. Saat Marlina harus melanjutkan perjalanan dengan berkuda. Waktu Novi dan Marlina akhirnya kembali ke rumah untuk mengembalikan kepala Markus. Tidak ada sedikitpun adegan wanita menangis yang dimunculkan, kecuali di akhir ketika Novi dengan bantuan Marlina berhasil melahirkan anaknya.

Marlina dengan luar bisa menceritakan keindahan alam Sumba, mempromosikan wisata dengan bentuk seni kekinia. Marlina menceritakan keluarbiasaan wanita dalam berjuang di dalam obyektifikasi.

Catatan: bukan resensi film, apalagireview. Hanya berbagi pandangan dan makna yang digali dari pesan. Walau makna tidak pernah berhenti bergerak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun