Oleh: Aya Shofia Irawan
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan komunikasi berkembang pesat dan menjadi suatu kebutuhan bagi kalangan manapun. Teknologi sebagai sebuah inovasi yang diciptakan manusia untuk memudahkan segala pekerjaannya. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini telah merubah bagaimana cara individu dalam berinteraksi satu sama lain, interaksi yang dapat mudah dilakukan tanpa perlu pada ruang dan waktu yang sama.Â
Siapa sih yang tidak mengetahui media sosial? Pastinya sudah tidak asing lagi dengan namanya media sosial. Apalagi dikalangan pemuda, tentu media sosial yang seolah-olah sudah seperti makan sehari-hari atau kebutuhan primer. Tercatat dalam laporan Statista bahwa pengguna media sosial di Indonesia pada 2020 dengan rentang usia 18-24 tahun. Berdasarkan laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 16,1% dan 14,2%.
Keberadaan media sosial menjadi suatu trend yang memberikan dampak terhadap perkembangan pola pikir manusia. Dengan segala kemudahan yang diberikan media sosial seperti mudahnya berkomunikasi di dunia maya, dapat berpartisipasi, sharing, dan menciptakan, mendapatkan informasi. Media sosial bukan hanya sebagai media dalam berkomunikasi dan berinteraksi, akan tetapi juga menjadi sebuah media untuk mempresentasikan diri penggunanya. Dari tahun ke tahun media sosial makin populer. Salah satu media sosial yang populer digunakan generasi sekarang adalah Instagram. Instagram menjadi media sosial yang diminati oleh para pemuda yang dapat dikategorikan sebagai digital native, di mana generasi ini lahir dan tumbuh di era internet. Platform ini sebagai tempat untuk membagikan foto maupun video. Dengan beragam fiturnya, seperti insta story, instagram live, IGTV, direct message dan yang terbaru adalah reel.
Pemuda akan yang cenderung tidak ingin ketinggalan zaman akan mengikuti berbagai macam tren yang ada. Ingin membagikan berbagai macam hal kepada followersnya. Followers menjadi suatu hal yang penting, jumlah like dan followers sangat mempengaruhi. Dalam mempresentasikan diri, pengguna media sosial akan menata sedemikan rupa tampilan yang diunggah. Ketika menata akunnya pengguna harus memiliki stategi dalam membangun identitasnya. Strategi ini diperlukan untuk membuat image atau membangun branding yang ingin diperlihatkan kepada khalayak.Â
Apa yang ingin diperlihatkan pengguna dalam mempresentasikan diri atau disebut dengan manajemen impresi (impression management) sebagai sebuah tindakan dalam menampilkan diri yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan citra yang diinginkan. Seperti menata feedsnya dengan rapih atau warna senada, bagaimana outfit dengan lokasi sesuai, barang apa yang ingin diperlihatkan, caption yang dipakai untuk foto atau video. Bukan hanya itu saja, tapi bagaimana seseorang membuat sebuah konten yang bermanfaat dengan memberikan informasi-informasi seperti dalam bidang kesehatan, fashion, pendidikan, budaya, sosial, politik, dan lain-lain.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Goffman bahwa individu itu memerlukan sebuah wadah dan atribut untuk memainkan suatu peran. Media sosial terutama instagram ini dimanfaatkan sebagai media untuk menuangkan ide, pikiran dalam publikasi konten yang dapat dinikmati oleh followersnya. Media sosial Instagram merupakan sebuah wadah bagi para pemuda untuk eksplorasi secara leluasa terhadap presentasi dirinya kepada orang lain.
Pertunjukan teater ala dramaturgi
Parktik dramaturgi ini sebagai sebuah presentasi dirinya, bagaimana akan dipandang oleh orang lain. Dramaturgi adalah sebuah teori dari Erving Goffman, melalui bukunya yang berjudul "The presentation of Self Everyday Life". Dalam teorinya bahwa kehidupan itu memiliki panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Ketika individu berinteraksi, ia memilih peran apa yang akan dilakukan. Panggung depan (front stage) sebagai identitas sosial yang dibangun dalam berinteraksi dengan kelompok yang ada dimasyarakat. Sedangkan panggung belakang (back stage) sebagai tempat unruk menyembunyikan identitas secara persinal.