Seorangmantan pemain nasional tadi pagi mengatakan di salah satu TV swasta bahwa kesalahan utama Menpora adalah membekukan PSSI. Menurutnya yang berhak membekukan PSSI itu cuma FIFA. Saya masih menunggu lanjutan ucapannya yang akan mengatakan, “karenanya kami akan bermain di negara FIFA.”
Oh, ternyata tidak. “Kami akan bermain di tarkam, karena kebetulan ada calon kepala daerah yang mengundang,” begitu rupanya lanjutannya. Betapa saktinya FIFA. Cuma FIFA yang punya kulkas, yang lain cuma punya termos es. Bahkan seorang profesor yang katanya ahli komunikasi politik masih di TV yang sama begitu mendewakan FIFA.
“Menpora tidak tahu bola, tidak tahu FIFA kok ngurusi bola,” katanya berapi-api. Lupa bahwa dia juga cuma ahli komunikasi politik, bukan ahli bola.
Jauh hari sebelumnya, masih kata profesor ahli politik itu, bahwa Pak Jokowi pasti tidak diberi laporan kalau Kemenpora membekukan PSSI akan mendapat sanksi dari FIFA. Kembali kata-katanya meleset. Profesor inimemang sering salah memprediksi. Mungkin karena usia sudah tua, jadi otak sudah mulai tumpul.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Tony Aprilani, mengatakan kompetisi nasional sudah tidak ada gunanya lagi setelah PSSI terkena sanksi FIFA. Indonesia kini dihadapkan pada masalah sepakbola serius yang memaksa timnas Indonesia absen dari ajang internasional (Republika 31/5).
Pak Jokowi sudah menyampaikan bahwa prestasi persepakbolaan Indonesia selama 10 tahun di ajang internasional tidak pernah memuaskan. Ditandai dari kegagalan timnas di semua turnamen internasional.
"Apakah kita hanya ingin ikut event internasional atau ingin prestasi? Kalau hanya ingin event internasional tetapi selalu kalah, kebanggaan kita di mana?" begitu kata bapak Presiden. Posisi Indonesia memang tidak mengalami banyak perubahan dalam hal peringkat FIFA, yakni peringkat 161 pada 2013 dan 159 pada 2015.
FIFA sudah memberi sanksi PSSI. Pemerintah sudah membekukan PSSI. Pemerintah Negara Republik Indonesia sudah tidak mengakui eksistensi PSSI. Jadi PSSI tidak berhak lagi memakai huruf I disingkatan namanya. Praktis PSSI sudah bubar. Kalau masih ingin berkecimpung di sepakbola di Negara Republik Indonesia, nama itu harus dirubah, misalnya menjadi: “Persatuan Sepakbola Seluruh.”
Itu baru betul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H