Well well well, here i am, finally...
Setelah hampir lebih dari setengah abad hilang, eh...setengah tahun ding, akhirnya saya buat postingan baru lagi **sujud syukur**
Keknya dah banyak perisitiwa terjadi tapi gak sempat-sempat saya share karena sibuk **halah! alasan klasik**. Mulai dari dikirim dinas disalah satu pulau terpencil diTernate, trus dapat gebetan baru yang brownies - break up, kursus EAP 4 bulan diJogjakarta, dapet beasiswa DIKTI, bentuk gang akademik dan intelektual yang namanya Gembel Urbaners, hingga sibuk kesana kemari demi persiapan berangkat ke UK. Apa? ke UK? Serius Ya'!
Hehehe jangan kaget gitu dong, biasa aja kaleee. Rencana ini udah disiapin mateng2 selama 6 bulan terakhir, cuman gak sempat bilang-bilang sih, karena pengen buat surpriseeeeeed!
Tahun 2011 ini tahun ketiga setelah saya menyelesaikan study Master saya diAussy akhir 2007 lalu. Saat baru pulang ke Indonesia, saya buat komitmen sama pimpinan bahwa saya akan mengabdi dulu jadi PNS yang baik dan benar selama 2 tahun, baru kemudian berfikir untuk lanjut kuliah kuliah kejenjang yang lebih serious (hehehhe, kek mo nikah aja;).
Nah...berhubung janji telah terpenuhi dan kesempatan itu tlah tiba **horrray!**, akhirnya mulailah saya prepare berbagai hal. Pengen tau apa aja preparationnya, simak nih step by stepnya:
Berburu Letter of Acceptance (LoA)
Impian saya sejak lulus dari Aussy adalah lanjut kuliah ke Eropa, biar bisa kuliah sambil traveling ke negara2 Uni Eropa gituu. Nah, dari sekian banyak negara yang ada disono, salah dua negara yang saya incar sejak awal adalah Belanda dan Inggris. tapi kalo disuruh buat prioritas sih, saya lebih milih Inggris, alasannya sepele, cuman pengen ketemu Pangeran William, **the most handsome prince on earth** jiaaaaaah...
Untuk mewujudkan mimpi ketemu hubby-nya Kate Middleton itu, langkah pertama yang saya ambil adalah mulai browsing university apa aja yang menyediakan course yang saya minati dan ngumpulin semua informasi terkait plus alamat email contact personnya (CP).
Saya buat email pengantar ttg background pendidikan dan kuaifikasi akademik saya dan jurusan yang saya minati serta kaitan pekerjaan saya dengan jurusa tsb, lantas saya kirimlah secara massal email tsb ke daftar nama yang ada pada list yang telah saya buat sebelumnya (pastinya nama CP dan course disesuaikan di tiap2 uni, awas hati-hati jangan sampai ketukar lho, bisa sewot yang terima!).
Dari puluhan email tsb, ada beberapa yang langsung direspon kurang dari tiga hari, tapi kebanyakan setelah satu minggu nunggu sih. Dari sekian banyak uni tsb, jawaban University of Sheffield yg paling sreg dihati **cieeeh**, padahal saya juga saat itu dapat reply positive dari Uni di Liverpool, Manchester dan Notthingham dan Maastricht lho. Cuman gak tau kenapa, i just can't take my eyes off Sheffield. Kedengarannya keren aja kalo kata Sheffield diucapin berulang ulang gitu **ngucapnya mesti pake acara monyong-monyongin mulut**
Prosesnya agak lumayan mudah, saya diminta masukin dokumen2 seperti passport, ijazah dan transkrip nilai terakhir, nilai IELTS/TOEFL, referensi dari academik advisor dan pimpinan, terakhir adalah motivatinal letter. Untungnya semua bisa lewat online, jadi file2 tsb saya save dalam bentuk pdf aja seblum diupload. next, tinggal nunggu kabar dari pihak admissionnya, apakah saya diterima atau tidak. Waktunya kira-kira sebulanan sampai akhirnya saya menerima "surat sakti" tersebut atau yang biasanya dikenal dengan Letter of Acceptance / Letter of Offer. Alhamdulillah langsung dapetnya Unconditional letter of acceptance, yang artinya saya diterima secara full disana dan tidak ada lagi dokumen yang diperlukan untuk dilengkapi demi mendapatkan full offer. bagi mereka yang conditional, ada beberapa kemungkinan, bisa saja nilai IELTS/TOEFL gak mencukupi standar Uni ataukah kualifikasi ybs gak sesuai dengan yang dipersyaratkan uni tsb. Coba cek lagi dicourse requirementnya baik-baik.
Setelah itu saya harus konfirmasi ke pihak uni bahwa saya mau kuliah disana, nanti surat saktinya akan dikirim kemudian ke alamat saya dimakassar. tapi berhubung sampainya lama sedang saya lagi butuh melampirkan LoA dalam aplikasi beasiswa, jadilah saya minta dalam format digital, dan mereka ngasih.
Daftar Beasiswa DIKTI
Well..berhubung LoA ah ditangan **loncat-loncat girang**, saya putuskan tuk daftar beasiswa DIKTI yang diperuntukkan bagi dosen PTN & PTS dan kebetulan saat itu sedang dibuka untuk gel. 6 perpanjangan. Seleksi beasiswa dikti sebenarnya gampang. Dengan bermodal LoA yang conditional pun bisa, apalagi yang unconditinal. Cuman agak repot terutama beberapa prosedur yang berbelit-belit dan karena cara kerja pihak Dikti yang masih tergolong amatir dan birokratif abes. Sudah jadi berita umum kalo sering ada dokumen applicant yang tercecer, sehingga mau tidak mau harus dikirim ulang lagi. Padahal kebayang kan repotnya ngurus surat2 tsb dari awal lagi. So saran terbaik dari saya adalah copy dokumen tersebut sebelum dikirim ke Dikti, kalo perlu scanned aslinya sodara-sodara. Saya sempat punya pengalaman tidak menyenangkan gara-gara dokumen tercecer ini. Gini ceritanya:
Saat saya daftar pertama kali secara online, Letter of offer yang saya miliki bukan dalam bentuk official dokumen (pake kop universitas), tapi hanya email dari pihak admission Sheffield yang bilang kalo saya diterima unconditional tanpa ada dokumen yang perlu dilengkapi lagi. Berhubung saat itu hari terakhir pendaftaran DIKTI, maka saya masukkanlah rekaman email tsb dalam aplikasi saya. Sebulan kemudian, saya dapat panggilan wawancara beasiswa diHotel Clarion Makassar. Saat itu saya sudah memegang LoA yang official yang saya serahkan langsung ke Interviewernya, yaitu pak John. Saya dicecar cukup banyak pertanyaan terkait jurusan dan kemampuan adaptasi saya nantinya diUK. Wawancara selesai dan saya merasa interviewer puas dengan jawaban saya. Sebulan kemudian, saat resultnya keluar, saya kaget bin takjub, nama saya muncul disana. Tapi bukan dilampiran nama-nama yang lulus (lampiran 1) melainkan dilampiran nama-nama yang tertunda lulus karena ada dokumen yang masih kurang (lampiran 2). Saya kaget karena dibagian keterangan disebutkan bahwa saya masih harus melampirkan nilai IELTS dengan band score 7. Whattt? Gak salah nih! Sontak saya marah dan protes, kok bisa sih? Emang kemana dokumen saya yang sudah saya serahkan pada interviewer bahkan sudah saya fax langsung ke DIKTI sebelum sesi interview? Itu kan yang terbaru, official pula, gimana sih?!
Akhirnya setelah perjuangan menelpon dan email sana sini ke pihak DIKTI, tiga minggu kemudian status saya diupgrade dari lampiran 2 ke lampiran 1. Alhamdulillah, they finally knew the truth, cihuyyyy!
Apa yang terjadi sesudah itu, nantikan postingan berikutnya setelah saya kembali dari kampus dulu, Ok;)
***to be continued***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H