Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah memiliki beragam potensi alam yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Namun, wilayah atas yang meliputi daerah Kecamatan Bojong, Bumijawa, dan Jatinegara sering kali mengalami kendala aksesibilitas yang sangat signifikan. Wilayah tersebut terdiri dari daerah hutan, padang rumput, perbukitan yang menyulitkan pembangunan infrastruktur dan transportasi umum yang kurang memadai. Meskipun memiliki pemandangan yang indah dan menakjubkan, jalanan di daerah tersebut sangat curam, memiliki banyak tikungan yang memerlukan kefokusan berkendara yang tinggi oleh sang pengemudi, sempit, dan seringkali dalam kondisi rusak yang membuat perjalanan menjadi sulit dan berbahaya, terutama saat musim hujan.
  Dampak dari kesulitan aksesibilitas ini sangat berpengaruh di berbagai sektor. Pertama adalah sektor perekonomian. Wisata yang cukup terkenal di Kabupaten Tegal adalah Taman Wisata Air Panas Guci yang letaknya di Kecamatan Bumijawa. Wisata tersebut memiliki potensi besar untuk mendorong perekonomian Kabupaten Tegal seperti usaha pedagang lokal, penginapan, dan tempat makan yang sangat bergantung pada banyaknya wisatawan. Namun, jalanan yang sempit dan kurangnya lahan parkir menyebabkan kemacetan terutama di saat musim liburan yang menjadi tidak maksimalnya perkembangan sektor perekonomian di wilayah tersebut. Kedua, di sektor pendidikan di mana banyak anak-anak kesulitan menuju sekolah karena minimnya kendaraan umum yang beroperasi sehingga menjadikan tidak sedikit anak-anak di bawah umur yang sama sekali belum memenuhi syarat berkendara yang tinggal di daerah tersebut mengendarai kendaraan pribadi seperti motor agar tidak sampai terlambat datang ke sekolah. Ketiga adalah sektor kesehatan. Aksesibilitas menuju pusat kota sangat jauh sekali sehingga membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih ekstra. Contohnya seperti yang ditunjukkan video dari YouTube Tribun Pantura yang menampilkan warga Desa Wotgalih, Kecamatan Jatinegara yang sedang bergotong-royong menggotong warga lain yang sakit itu menggunakan tandu yang terbuat dari kayu bambu dan kain sarung untuk menuju ke rumah sakit terdekat. Saat melakukan sesi wawancara, Aeni selaku anak dari warga yang ditandu tersebut menyampaikan bahwa kondisi bapaknya sedang sakit parah dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Tetapi, tidak semudah itu akses menuju rumah sakit karena akses jalan yang sulit sehingga terpaksa ditandu dengan sarung oleh dua orang. Sulitnya akses jalan yang harus dilewati saat hendak masuk di daerah tersebut, karena melewati jalanan hutan yang berlumpur, terjal, dan harus menyeberangi sungai, sehingga hanya bisa dilalui menggunakan kendaraan khusus seperti mobil jeep atau motor trail. Untuk sampai di jalanan yang beraspal, dibutuhkan waktu sekitar satu jam tanpa henti menuju Desa Gongseng, Kabupaten Pemalang dengan melewati hutan yang jaraknya kurang lebih 3,5 kilometer. Setelah itu, baru bisa menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
  Hal tersebut tidak dipungkiri karena Pemerintah di Kabupaten Tegal yang seringkali melakukan kesalahan dalam menangani masalah aksesibilitas ini. Yang pertama, sasaran perencanaan yang tidak tepat, di mana analisis mendalam terhadap kebutuhan infrastruktur di daerah terpencil sering kali diabaikan, sehingga proyek yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, prioritas anggaran yang salah menjadi masalah, di mana alokasi dana lebih difokuskan pada proyek-proyek di wilayah padat penduduk, meninggalkan daerah yang membutuhkan perhatian lebih. Birokrasi yang rumit dan keterbatasan sumber daya manusia dalam pemerintah daerah menghambat kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek yang efektif. Kemudian, kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dan resistensi terhadap inovasi juga dapat menghalangi penerapan solusi baru yang dapat memperbaiki aksesibilitas. Kesalahan-kesalahan ini secara keseluruhan menghambat perkembangan wilayah atas Kabupaten Tegal, sehingga potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
  Sebagai warga Kabupaten Tegal sekaligus mahasiswa Universitas Airlangga di Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam, saya sebagai penulis berpendapat bahwa kesimpulan yang didapat mengenai kesulitan aksesibilitas di wilayah atas Kabupaten Tegal tersebut merupakan masalah yang sangat kompleks. Menyoroti masalah aksesibilitas di Kabupaten Tegal ini, sebaiknya dapat mulai diatasi dengan melakukan pendekatan yang lebih komprehensif termasuk perencanaan yang berbasis data, dan alokasi anggaran yang lebih adil. Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan mobilitas penduduk di wilayah tersebut dapat meningkat, sehingga potensi daerah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk tercapainya kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H