Skripsi. Di pikirin bikin pusing, di diemin terasa asing, di kerjain ingin berkata anying. He he. Ngga ding. Canda.
Gini yaa
Bagi mahasiswa semester dua, skripsi adalah kota Seoul dari Palembang: jauh. Tapi, bagi mahasiswa semester tua, skripsi bagaikan bom waktu yang siap menggelegar. Duaaarrrr!
Berdasarkan pengamatan singkat saya, setidaknya ada tiga team manusia pejuang skripsi. Team Skripshit, Team Skripsweet dan Team Skripselow.
Saya masuk team yang ketiga. Team Skripselow. Ya ngapain juga ngesambat atau mana ada yang happy ngerjain segelimet karya ilmiah wajib tanpa ahh..
Selow and glow aja yah
Skripsi merupakan tugas akhir seorang mahasiswa sebagai syarat resmi buat mendapatkan gelar sarjana, namun tak sedikit mahasiswa yang sungkan menyelesaikan tugas ini. Ada aja alasan yang membuat mahasiswa “menunda” untuk menyelesaikan skripsinya. Dosen susah ditemui, data yang sulit didapat, atau sekarang sudah bekerja buat apa menyelesaikan skripsi?
Jadi, ada temen saya yang gak rajin-rajin amat bisa kelar skripsi hanya cukup bermodalkan waktu empat bulan. Saya tanya, apa rahasianya? Jawabnya, nawaitu saja. Hasssh.
Terbesit dalam hati..
Empat bulan saja selesain skripsi, mengapa harus empat tahun eksekusi hingga jadi mahasiswa abadi? Hmm ku merenung..
Can I? Of course, you can babe..