"Ayakloo" Handmade Siapa bilang tidur-tiduran tak menghasilkan uang saku tambahan? Salah satu mahasiswi Akademi Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta telah membuktikannya. Hal tersebut bermula saat dia duduk di kelas XII SMA. Setelah pulang sekolah, rutinitasnya menjadi sangat membosankan dan tidak karuan, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali tidur-tiduran. Namun, pada saat tidur-tiduran itulah semangatnya muncul untuk mendapatkan uang saku tambahan. Modal awal ia hanya mengasah keterampilan lewat browsing internet, serta uang Rp.20.000,- untuk membeli bahan seperti kain flanel, lem dan benang. Dengan alat seadanya tersebut terciptalah “Ayako Rush Shop” yang saat itu merupakan nama dari usaha craft kecil-kecilan miliknya. Dari usaha itu ia membuat karya yang bernilai jual serta diminati teman-temannya dan orang banyak. Selain dengan lingkungan orang-orang terdekat, ia juga memasarkan produknya secara online agar jangkauan pembeli semakin meluas. Pekerjaan sampingan tersebut membuatnya ketagihan dan lebih berani berkarya dengan modal yang lebih besar. Uang 500-600 ribu/bulan sudah ia kantongi sebagai penghasilan kotor, penghasilan yang lumayan banyak untuk seorang pelajar SMA.
Usaha ini sempat terhenti saat dia mulai disibukkan dengan persiapan Ujian Nasional dan persiapan masuk Perguruan Tinggi. Akan tetapi, setelah tamat dari sekolahnya yaitu SMA Muhammadiyah 02 Medan ia kembali merintis usahanya di kota Yogyakarta dengan inovasi dan nama baru yaitu “Ayakloo” yang dikutip dari sapaan akrabnya.
“Usaha kerajinan tangan ini tidak repot karena orderan datang via sms maupun online, sehingga saat saya tidur-tiduranpun orderan tetap berdatangan dan uang jajan terus berjalan. Jadi, saya bisa membeli keperluan dengan hasil usaha sendiri dan tentunya beban orang tua teringankan. Tidur-tiduran bisa nambah uang jajan? Jawabannya iya, setelah kamu bangkit dari kemalasan dan membuka mata terhadap hal-hal yang lebih bermanfaat dilakukan,” jelas gadis kelahiran Medan, Sumatera Utara ini yang tidak lain tidak bukan ialah saya sendiri Nurhayani Nasution (Aya).
