Anthropoligical Approach menganggap bahwa komunikasi non-verbal terpengaruh oleh kultur atau masyarakat. Pendekatan ini di wakili oleh Teori Analogi Linguistik dan Teori Analogi kultural yang dikemukaan oleh Birdwhistell dan Edward T-Hall.Â
Dalam Teori Analogi Linguistik miliknya, Birdwhistell berasumsi bahwa komunikasi non-verbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi verbal.
Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang membentuk hal yang kita sebut kata. Lalu kombinasi kata dalam suatu konteks membentuk kalimat dan begitupun kombinasi kalimat membentuk paragraf.Â
Allokines atau bunyi non verbal akan membentuk suatu kines, yakni bentuk yang serupa dengan bahasa verbal.Â
Teori inipun didasari dengan pemikiran bahwa kelima indra kita saling berinteraksi untuk menciptakan suatu persepsi, dan dalam setiap situasi akan ada indra yang lebih mendominasi indra lainnya.Â
Contoh; Terkadang tubuh kita menunjukan refleks indra yang sesuai dengan emosi kita. Seperti ketika seorang anak kecil meminta mainan baru dan dihadiahkan oleh ayahnya ketika ulang tahunnya, secara refleks mungkin ia akan berteriak yey atau yess sambil mengepalkan telapak tangan dan mengangkat lengannya sebagai bentuk kebahagiaannya.Â
Dalam kitab Tarikh-adab-l-arabiyah bahasa di sebutkan sebagai Alfadz yuabbiru bihaa kullu qoumin 'an agraadhiha yang berarti bahwa bahasa adalah ungkapan yang digunakan suatu kaum guna menyampaikan maksudnya.Â
Karena jika di telaah lebih lanjut banyak bahasa non verbal yang sebenarnya jika kita perhatikan memiliki struktur yang sama dengan verbal.Â
Seperti ketika kita menggeleng sambil mengerang kecil yang berarti tidak, ato ketika kita sedih kita mengeluarkaan airmata dan tersedu-sedu.Â
Kemudian Teori Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T.Hall membahas komunikasi non verbal dari aspek procemix dan chronemics.Â