Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperti Puisi yang Sering Kautulis

11 Desember 2024   16:50 Diperbarui: 11 Desember 2024   16:50 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seperti Puisi yang Sering Kautulis. Gambar ombak besar. Foto oleh fiquetdidier1 | Pixabay 

Hari ini kapal-kapal tak bisa menyeberang
Katanya, Selat Sunda mengamuk
Seseorang menunggu seseorang
Merak, Bakauheni, dipeluk gigil
Bunyi ombak
Menghempas pinggir pelabuhan
Nun, anak Krakatau di balik kabut
Menggeram, menghitung-hitung
Kapan untuk memuntahkan amarah
Supir-supir truk menunggu cuaca
dengan rokok, beberapa gelas kopi,
dan ketidakpastian

*

Sementara Jakarta selalu direndam
angka-angka
dan orang-orang yang sepi
Banyak perubahan tapi tak mengubah apa-apa
(Seberapa penting gubernur baru?)
Jakarta lebih asyik membaca tubuhnya sendiri:
Macet, banjir, mimpi, mimpi kapan banjir
dan macet cuma hanya dalam mimpi
Dan kisah perantau selalu berulang
Mengirim gambar ke kampung halaman sebagai penakluk
Padahal sedang duduk di bedeng sempit
menghitung nasib yang terpuruk

Lalu lahir banyak puisi
Gugur seperti daun-daun kering
Sebelum sempat berbunga, berputik
Gemetar dengan jalan hidup
Seperti puisi yang sering kautulis

***

Lebakwana, Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun