Akhirnya sampai juga di ujung
Segala sorak
Sorot seribu lampu
Ternyata itu hanya selintas temu
Itu mungkin terjadi karena selama ini
Kita menciptakan panggung-panggung palsu
Kerakusan yang selalu haus
Kekuasaan itu mempunyai dua muara
: Mulia atau hina
Di mana kawan, ke mana tepuk tangan
Menghilang perlahan
Langkah terakhir siapa yang akan
mengantar
Sepertinya banyak yang sengaja menghindar
Bahkan dulu suara-suara yang dapat
dibayar
Sekadar melambaikan tangan pun tidak
Mereka sibuk mencari majikan baru
Menggemakan cinta dan benci lagi
Tergantung siapa yang mengisi pundi-pundi
Sebuah pesta akan selalu berakhir, bukan?
***
Baca juga: Puisi: Lampu-Lampu Dalam Kepala
Lebakwana, Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Panggung
Baca juga: Telah Sampai
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!