Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Epilog, Lampu Panggung Telah Padam

2 Oktober 2024   16:57 Diperbarui: 2 Oktober 2024   17:10 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Epilog, Lampu Panggung Telah Padam. Jalan sunyi. Gambar oleh jodeng/ Pixabay 

Akhirnya sampai juga di ujung
Segala sorak
Sorot seribu lampu
Ternyata itu hanya selintas temu
Itu mungkin terjadi karena selama ini
Kita menciptakan panggung-panggung palsu
Kerakusan yang selalu haus
Kekuasaan itu mempunyai dua muara
: Mulia atau hina
Di mana kawan, ke mana tepuk tangan
Menghilang perlahan
Langkah terakhir siapa yang akan
mengantar
Sepertinya banyak yang sengaja menghindar
Bahkan dulu suara-suara yang dapat
dibayar
Sekadar melambaikan tangan pun tidak
Mereka sibuk mencari majikan baru
Menggemakan cinta dan benci lagi
Tergantung siapa yang mengisi pundi-pundi

Sebuah pesta akan selalu berakhir, bukan?

***

Lebakwana, Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Panggung

Baca juga: Telah Sampai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun