Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

I'tikaf

1 April 2024   07:11 Diperbarui: 1 April 2024   07:33 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi i'tikaf di masjid. Foto: Getty Images/iStockphoto/CihatDeniz via detik.com

Ya, Allah, ya Rabb, kuserahkan segala tunduk segala hening, segala khusyuk; sepuluh malam terakhir Ramadan, membawa tubuh yang diam, membaca-baca diri, gigil bila tiba-tiba dipanggil, sementara kebaikan belum bisa tampil

Lautan dosa-dosa yang lautan

Allah, Allah

Tak terbayangkan rasa api-Mu merasuk
Ulu hati
Naik, naik
Meremukkan lidah, melelehkan mata
dan telinga
Menghancurkan tubuh dan isi kepala
Berulang-ulang seperti semula
Hingga waktu takada batasnya 

Adakah i'tikaf ini
Menjumpai malam seribu bulan
Segala turun
Ruh dan para malaikat
Menaungi yang terpilih
Berharap diri
Tapi khilaf dan salah
Sulit gugur pada badan
Bahkan menambah-nambah
Hingga terbit fajar
Nafsu dunia
Masih bertukar kabar

***

Lebakwana, Ramadan 1445 H (April 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Sujud Ramadan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun