Pernah kaukatakan padaku
Untuk berdiri di kesunyian tanah
Selepas hujan
Pejamkan mata
Hirup aroma basah
Mendengar tik-tik air sisa hujan
yang jatuh
pada sebuah genangan
Lapat-lapat nyanyian
yang tercipta lewat desau angin
pada pepohonan
Dan itu yang kini kulakukan
Berdiri, membiarkan rasa dingin
menyelusup pada tapak kakiku
Harum tanah menguar
Kuhirup rasa ingin
Peluk yang disampaikan angin
Kusesap agar tak lesap
Biarlah menjadi puisi
Pada diriku
Untuk dirimu
***
Baca juga: Tanah Terbakar
Lebakwana, Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Tanah Retak
Baca juga: Jendela
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!