Sempat terpikir olehku
Di usia tua seperti saat ini
tinggal di panti jompo
Tak banyak yang harus kubawa
Air mata juga tidak
Ia sudah kukuras habis sebelum berangkat
Agar waktu di panti jompo nanti
Aku tidak bisa lagi menangis
Meski kenangan sering mengirisÂ
Mungkin yang ingin kurindu
adalah suara dari toa musala
saat Subuh
Memekakkan, tapi orang-orang
begitu tuli
Hanya sekitar empat orang tua
yang jelas pendengarannya
Lemah berdiri menjadi imam dan makmum
Di panti jompo aku akan melupakan
dunia luar
Memblokir nomer-nomer pada hp-ku
Termasuk nomer anak-anakku
Aku akan, mungkin, membuat puisi
Puisi apa saja
Yang jelas aku tidak akan membuat
puisi air mata
(Untuk apa?)
Aku akan membuat puisi tentang matahari
Atau mengembalikan kelucuan masa kecilku
Membuat gambar matahari
dengan rambut yang tegak
di antara dua gunung yang lancip
Di tengah para lansia aku berusaha menjadi pendengar
Karena selama ini merasakan
takada yang mendengar mereka
Aku akan mengulang-ulang cerita
Begitupun lansia yang lain
Selalu menceritakan hal yang sama
Yang bagi anak-anak kami
Itu akan terasa membosankan
Mereka malas mendengar
Tapi kami ingin didengarÂ
Sempat terpikir olehku
Kenapa aku sempat memikirkan hal itu
Kini aku masih di sini
Sepi
Tetap mengulang-ulang cerita
Tetap takada yang mendengar
Tapi aku menulis puisi
***
Lebakwana, Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H