Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Komedi Hari Ini

3 Desember 2023   05:09 Diperbarui: 3 Desember 2023   05:44 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh kobets | depositphotos.com

Percakapan-percakapan menjadi asing
Ketika semua mendadak
merasa paling penting

Sedang di media sosial
Kanal-kanal alirkan narasi
yang banal
Gaduh dan kumuh
: Kau berada di pihak siapa?

Bukankah ini negeri yang lucu
Memaksakan cinta lansia
kepada anak belia
Demi kekuasaan tiga masa
Dan di belakangnya ada Ibu
yang selamanya ibu
Untuk anaknya

Lalu kita berdarah-darah membela
yang kita tidak mengerti
apa yang sebenarnya kita bela
Cinta yang dipupuk rasa benci
Kebencian yang seolah-olah
ditumbuhkan oleh cinta

Kita ditiup-tiup
bahwa kita bagian dari mereka
Padahal mereka hanya butuh
saat kita di bilik suara
Dan seusai pesta
Kita tak menjadi apa-apa
Pun tak dikenang sebagai siapa
Kembali seperti semula

Dan putus sapa
Kepada teman serta tetangga
Karena pilihan yang berbeda
Kini rikuh
Untuk kembali merajutnya

***

Baca juga: Musim Kampanye

Lebakwana, Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun