Ini sepenggal ingatan saat kita duduk di bangku SMA.
Kamu percaya cinta pada pandangan pertama?.
"Kenapa?" kau balik bertanya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
"Diam-diam aku mencintaimu diam-diam."
Kamu tertawa, dan tawamu kubawa dalam ingatan. Berhari-hari, berminggu-minggu. Tapi sayangnya semuanya itu tak pernah terjadi. Semuanya adalah drama yang kuinginkan dalam kepalaku.
Mencintai diam-diam adalah kesakitan paling kelam.
***
Namaku F, dan kamu H. Pada daftar buku absensi nama kita berdekatan. Tapi itu bukan memperpendek jarak. Kurasakan kamu begitu jauh.
Kamu adalah kembang di kelas. Sedang diriku, aku, namaku, tak pernah dibicarakan di kelas. Prestasi akademikku biasa-biasa saja. Aku pun tak mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Jadi, siapa yang mengenal diriku? Kalaupun ada namaku bergema di dalam kelas, itu biasanya berhubungan dengan terlambatnya pembayaran uang SPP.
Tapi ini soal cinta. Anggap saja semua itu takada hubungannya. Atau, mungkin, Â sebagai pembelaan bagi orang-orang yang kalah bersaing sebelum bertarung.