Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Saat Aku Menjadi Pencuri

2 Juli 2023   20:21 Diperbarui: 2 Juli 2023   20:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Larisa-K (Larisa Koshkina)/ Pixabay

Mungkin aku harus menyelami
beberapa puisi
Atau sebuah buku teori
yang bercerita tentang riwayat rindu
Adakah makna yang ragu
Apa pula maksudnya malu-malu
Atau semacam isyarat
tentang sunyi yang berkhianat

Tapi tidak

Aku kemudian menyusuri trotoar
Sebuah kota yang dulu jalan-jalannya
pernah terbakar
Semakin banyak berjalan
semakin banyak yang dilihat

Tidak juga

Aku hanya melihat kemarau
pada kaki-kaki yang melangkah gegas
Pohon trembesi
Menaungi sepanjang jalan
Daun-daunnya gugur
Esok penyapu jalan
Tak menemukan apa dan kenapa
Suara: Kenapa cinta enggan menghampiri

Lalu di ruangan yang gelap
Cahaya di depan
Seseorang mengeluarkan pistol
Seseorang lebih cepat lagi
Ledakan, kegaduhan, berlarian
Semua terpaku
Saat itulah
Aku mencuri bibirmu dengan bibirku
Di keremangan bioskop

***

Lebakwana, Juli 2023

Catatan.
Aku mencuri bibirmu dengan bibirku, kalimat yang saya kutip dari cerpen "Nyekar" karya Hamsad Rangkuti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun