Tapi kemudian telinga saya menjadi tegak oleh penjelasan Acek Rudy. Puisi itu bukan dibuat oleh manusia.
Hantu? Tidak.
Puisi itu dibuat "robot cerdas" bernama ChatGPT. GPT sendiri singkatan dari Generative Pre-Trained Transformer.
Mengutip Tribunnews, ChatGPT adalah sebuah perangkat lunak yang dikembangkan OpenAI. Sebuah platform kecerdasan buatan yang didirikan oleh Sam Altman dan Elon Musk.
Soal robot, teknologi canggih, dan kawan-kawannya saya nggak ngerti.
Cuma yang membuat saya berdebar, kenapa robot itu seperti bernyawa, punya "perasaan". Dan puisi adalah cara mengolah rasa yang dituangkan dalam bentuk permainan kata.
Acek Rudy menuliskan kata kunci, sebuah puisi tentang hujan yang berkepanjangan. Hasilnya adalah puisi yang pertama. Lalu dimasukkan lagi kata kunci itu. Terciptalah puisi kedua.
Mari kita lihat lagi.
Pada puisi pertama ada frasa: menyentuh hati, mengalir lembut, menggetarkan jiwa.Â
Dan pada puisi kedua, kita pun menari bersama bintang. Angin yang bergema, berlari menyambutnya. Menyanyikan lagu indah.
Ah, mesin pun bisa berasosiatif dan bermetafora.Â