Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Perihal Melihat Cermin

20 September 2022   18:54 Diperbarui: 1 Oktober 2022   22:14 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melihat cermin. Sumber: Pexels.com/Ismael Sanchez 

Ketika mata terbiasa melihat satu warna, penglihatan akan membuta bila ada warna yang berbeda

Bila telinga terlalu sering mendengar satu nada, ia tak terima kalau ada suara-suara lain yang tak seirama

Kalau mulut hanya membenarkan satu warna, bersetuju cuma dengan satu nada, ia akan berkata kebenaran hanya miliknya

Langkah kakinya hanya tahu satu jalan, jangkau matanya cupet pandang

Kepalanya membesar, sewaktu-waktu bisa membakar, dan dunia terasa sempit tak terlalu lebar

Bisa terjadi pada diriku
Juga dirimu

***

Lebakwana, September 2022

Ilustrasi. Foto oleh Bhavesh Solanki 007/ Pexels 
Ilustrasi. Foto oleh Bhavesh Solanki 007/ Pexels 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun