Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lanskap Pagi

6 Juni 2022   19:52 Diperbarui: 6 Juni 2022   21:11 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Duong Nhan/ Pexels 

Seperti katamu, kucoba menghirup udara pagi. Ada embun, akumulasi rasa dingin semalam

Di ruas jalan seseorang berlari-lari kecil. Ada juga yang bersepeda, atau membawa bayinya dalam kereta mungil

Sebuah pokok pepaya, bergelantungan buah yang lebat. Seseorang, "Petik  saja buah atau daunnya. Sengaja ditanam dengan cinta, diperuntukkan bagi siapa saja."

Aku tidak mengambilnya. Aku sedang memikirkan kenapa akhir-akhir ini kehangatan cepat sekali meleleh

Biarlah 

Cinta memang  tidak semanis dalam novel. Ia terkadang cepat tumbuh, tapi tanpa disadari cepat pula rapuh

Lalu kupesan semangkuk bubur ayam. Barangkali saja dapat memberi kehangatan yang sempat tenggelam 

***

Lebakwana, Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun