Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Pukul 00.04

9 September 2021   05:13 Diperbarui: 15 September 2021   23:30 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Gambar oleh Dorothy via Pinterest 

pukul 23.09 aku memilah-milah percakapan sejak pagi tadi. tapi puisiku terlalu ngantuk membuka makna. wajah-wajah. televisi yang gugup, ingin menayangkan cerita apa. di linimasa kata-kata berlari begitu cepat 

lalu buruk muka yang menyalahkan cermin 

23.23 puisiku belum beranjak. menunggu seseorang, dan dua orang lagi di atas boncengan motor tua. suara serak. mimpi pada sebuah roti. dipesan ibu muda, tinggal di sebuah klaster perumahan. 5 potong roti dikirim melalui hujan. mimpi lembap tersebab air. air mata 

ada cinta yang rapuh. di sana puisiku tersangkut. 00.04. telah berganti hari 

***

Lebakwana, September 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun