Entah sudah berapa lama debu ini melekat di kaca, gorden yang lusuh, menyimpan banyak guratan peristiwaÂ
Pernah dalam suatu masa, rumah ini penuh gelak tawa, ruang keluarga penuh dengan cerita, mimpi-mimpi berharap akan sampai pada alamat. Tentu, air mata juga adaÂ
Kini rumah begitu sunyi, anak-anak tumbuh dewasa menyusuri jalan nasib masing-masing, tak ingat lagi rumah di mana dulu belajar menapakkan kaki, jatuh, menangis, sapaan yang lembut, dan doa-doa yang bisa menembus kabutÂ
Rumah tua itu masih berdiri, ditopang doa-doa yang bergetar, siapa tahu ada langkah-langkah kaki anak-anaknya, memeluk, bertanya kabarÂ
Entah sudah berapa lama debu ini melekat pada kaca, tangan perempuan yang keriput terlalu gemetar untuk membersihkannyaÂ
Dari kaca buram, masih bisa juga memandang keluar, sesekali gorden tersingkap, menunggu suara-suaraÂ
Adakah itu suara tapak kaki anaknya?Â
***
Lebakwana, Maret 2021.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H