Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gardu Ronda

28 Februari 2021   22:04 Diperbarui: 28 Februari 2021   22:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: historia.id

Ini republik kecil, di segelas kopi, asap rokok, kacang rebus, petikan gitar yang sumbang; cerita-cerita tumpah

Bincang-bincang tak tentu arah, dari mencaci-maki pemerintah hingga percakapan seperti menegakkan benang basah

Sebut saja ini sebagai tetirah, melepaskan penat setelah seharian mengejar kerutinan. Ada yang tergenggam tangan, ada yang baru sebatas angan. Di sinilah, gardu ronda, tempat pelepasan

Ngakak lepas, kata-kata meluncur bebas

Semua bisa menjadi pembicara, semua dapat sebagai pendengar

Malam semakin dingin. Sebagian jaga, yang lainnya pulang. Mempersiapkan hari esok: untuk menyusuri jalan yang diingin, atau juga menemui kelelahan yang kemarin

***

Lebakwana, Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun