Pertama, berjanjilah agar cerita ini jangan sampai terdengar seorang perempuan. Ini berkait menjaga reputasi kita sebagai lelaki.Â
Baiklah, kupegang kata-katamu. Kukatakan ini sebelum aku bercerita hingga tuntas. Engkau akan kuajarkan mantra-mantra, bagaimana menundukkan seorang wanita. Wanita, perempuan, cewek, wadon, padusi; terserah engkau menyebutnya apa. Yang jelas dia lawan jenis dari kita.Â
Semuanya ini berangkat dari kegelisahanku, melihat fenomena beberapa tahun belakangan ini. Kini perempuan sudah banyak memegang peranan, yang dulunya dikuasai lelaki. Kalau tak dicegah dari sekarang bisa saja nanti semua sektor dikuasai perempuan. Dan kita, para lelaki, akan menjadi budak perempuan.Â
Takboleh dibiarkan!Â
Ingat, sejak berjuta-juta tahun lampau dunia ini adalah dunia lelaki. Lelaki adalah selalu menjadi penguasanya. Ingat itu.Â
Kini ada semacam gerakan bawah tanah dari kaum perempuan ( informasi ini A-1, sangat dipercaya ). Para perempuan ahli biologi, kimia, dan segala ahli faal tubuh, berkumpul di suatu pulau terpencil. Mereka akan menciptakan semacam cairan, yang nanti akan diminumkan kepada kaum lelaki. Apa yang terjadi? Nanti fungsi biologis lelaki akan berubah, bertukar peran dengan perempuan. Nanti lelakilah yang mengalami kehamilan.Â
Gawat, gawat!Â
Itu sebabnya aku ingin mengajarkan mantra ini. Untuk menegakkan kembali hegemoni kita sebagai lelaki.Â
Untuk menerapkan mantra ini, apakah kita akan berpuasa, mandi dengan kembang tujuh rupa, membakar kemenyan? Hadeuh, ini zaman milenial, Bro. Jaga gengsilah sedikit di hadapan Presiden Amerika yang baru. Mereka sudah menciptakan twitter, facebook, juga 'alien' serba bisa, Google. Masak kita hanya untuk menundukkan perempuan masih menggunakan kemenyan. Akan dikemanakan harga diri bangsa.Â
Kita terkenal sebagai bangsa yang tangguh. Lebih tiga setengah abad kita magang menjadi inlander di bawah ketiak VOC. Belum lagi dikepruk menjadi romusha selama tiga setengah tahun oleh Jepang.Â