Kata-kata luruh, menggantung pada kembang yang kutanam, entah apa namanya, kuambil dari pinggir selokan. Cerita-cerita: merah, putih, kuning; juga pandemi, serasa gerak jarum jam terhenti, anak-anak gelisah kehilangan bangku sekolah. Pak Menteri, bisa kah mengirimkan pulsa hari ini. Gizi keluarga ditakar dalam semangkuk mi, di linimasa mempertengkarkan batas bahasa: kami, kita, dan kamu siapa; melihat dua seteru berpelukan pun tak mau terima, selalu sesak dada melihat ibu kota, mengintai bak menunggu mangsa, sedikit terpeleset langsung dibuat gema. Mata selalu berapi melihat kepalan tangan tak mati-mati, sudah dengar ada koran sebentar lagi undur diri. Jangan ini menjadi republik zombie, media massa kehilangan nurani, membuat tumpul taji, takut berbeda, karena sama saja harakiri. Cermin retak, angka-angka gugur pada almanak. Kembang api bertaburan di angkasa. Langkah kaki masih kah tetap samaÂ
Itu sajaÂ
***
Lebakwana, Desember 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H