Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Labirin dengan Lima Belas Pintu

22 Agustus 2020   22:25 Diperbarui: 22 Agustus 2020   22:11 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Martino Grua/ Pexels 

Tersebab puisi malam-malam selalu cabik. Kepada hening mengucap tabik, berharap rusuh hati bisa ditampik

Seorang lelaki telah memasuki lima belas pintu, mencari di mana akan disematkan rindu, tapi yang ditemui adalah labirin dengan banyak sembilu. Jalan yang licin, seperti halnya menapaki hari-hari kemarin 

Lima belas pintu, selalu berujung lorong yang buntu. Berputar-putar, tertatih mencari jalan keluar 

Barangkali tak cukup bijak menafsir cuaca, padahal matahari yang terbit adalah matahari yang sama. Atau kurang berbaik sangka, dan tak mau  belajar membaca

Setiap perjalanan selalu ada onak dan ombak, membuat impian bisa terkelupas atau terhempas 

Ia pun lari kepada puisi. Pengobat hati, sedikit hilang nyeri 

***

Cilegon, Agustus 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun