Aku yang melakukanÂ
Pesanmu yang terkirim berembun di layar hape-ku. Bukan karena seharian tak kubuka, tapi aku ikut merasakan gerimis bersamamuÂ
Pesawat yang meledak membuat Langit tewas. Seorang kekasih tergugu pilu di bandara. Padahal seminggu ke depan mereka akan duduk di pelaminan, memadu janji, berencana mengumpulkan banyak warnaÂ
Kau selalu membenci kehilangan, walaupun itu hanya sekadar cerita dalam novel
Langit -tokoh dalam novel itu- Â tewas di halaman 216, jelang sepuluh halaman lagi akan tamat. Kau merobeknya, agar tak membangkitkan kenanganmu tentang rasa kehilangan, dan kesedihanmu tak berlaratÂ
Pengarang novel itu tentu tak tersinggung, dan mau mengerti, karena pengarangnya aku sendiriÂ
***
Cilegon, Agustus 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H