Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Renung

19 Agustus 2020   21:24 Diperbarui: 19 Agustus 2020   21:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak-jejak bulan lepas pada almanak. Ada coretan kecil yang gugup dan gemetar, bercerita tentang hari-hari, betapa dinginnya tungku pembakar. "Lupakan, kalau hari ini tak ada yang bisa ditanak."                   

Angka-angka yang dilingkari, menandakan musim kupu-kupu, dan musim-musim pecahnya telapak kaki 

Yang datang, yang pergi. Yang di puncak gemilang, dan orang-orang yang masih bermimpi 

Sebentar lagi musim angin barat, sedang perahu sudah lama karam. Dan kepedihan tak mungkin selalu punya alamat 

"Ini bukan soal kalah atau menang, tapi menimbang sampai kapan kita bisa bertahan."

Katamu, bersiap-siap untuk pergi 

***

Cilegon, Agustus 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun