Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki dari Pulau Karam

17 Agustus 2020   20:50 Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:05 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tjiptadinata Effendi. Foto diambil dari dokpri Pak Tjip di salah satu artikelnya. 

Kepada Tjiptadinata Effendi 

Mari membaca cahaya, yang berpendar di lima ribu perjalanan, tersusun pada untaian kata beribu-ribu, tentang lelaki yang ari-arinya tertanam di Pulau Karam, kampung kecil pinggiran kota Padang 

Cerita-cerita bagai mata air, setiap hari sejuk mengalir. Berbagi pengalaman hidup, bagaimana menegakkan mimpi saat jalan oleng, dan memercikkan api, ketika cahaya mulai redup 

Menunjukkan cara bersiasat meniti buih, berperahu di sela karang, hingga hilang rasa perih, dan mengantarkan sang buah hati menggapai ilmu di laut seberang

Pulau Karam, saksikan itu 

Dia seorang ayah, seorang guru, seorang sahabat. Kepada siapa saja menepuk dan menyapa hangat, seolah-olah kita telah mengenalnya bertahun lama, begitu dekat 

Seiring-sejalan, seia-sekata, tertawa dan sedih bersama, dengan sang istri yang mendampingi dengan setia

Bapak Tjiptadinata Effendi, salam takzim untukmu 

***

Cilegon, Agustus 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun