Kepada Tjiptadinata EffendiÂ
Mari membaca cahaya, yang berpendar di lima ribu perjalanan, tersusun pada untaian kata beribu-ribu, tentang lelaki yang ari-arinya tertanam di Pulau Karam, kampung kecil pinggiran kota PadangÂ
Cerita-cerita bagai mata air, setiap hari sejuk mengalir. Berbagi pengalaman hidup, bagaimana menegakkan mimpi saat jalan oleng, dan memercikkan api, ketika cahaya mulai redupÂ
Menunjukkan cara bersiasat meniti buih, berperahu di sela karang, hingga hilang rasa perih, dan mengantarkan sang buah hati menggapai ilmu di laut seberang
Pulau Karam, saksikan ituÂ
Dia seorang ayah, seorang guru, seorang sahabat. Kepada siapa saja menepuk dan menyapa hangat, seolah-olah kita telah mengenalnya bertahun lama, begitu dekatÂ
Seiring-sejalan, seia-sekata, tertawa dan sedih bersama, dengan sang istri yang mendampingi dengan setia
Bapak Tjiptadinata Effendi, salam takzim untukmuÂ
***
Cilegon, Agustus 2020Â