Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Puan yang Menjelma Bidadari di Kepalaku

7 Agustus 2020   21:26 Diperbarui: 7 Agustus 2020   21:24 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Kellepics ( Stefan Keller )/ Pixabay.com 

Sekelebat kulihat punggung Puan, berpayung, masuk dan menaungi mimpi-mimpiku 

Katamu Puan, "Tak baik mimpi-mimpi itu selalu hujan. Setiap orang punya kesedihan sendiri-sendiri, yang mungkin lebih sedih dari kita."

Suara Puan bening telaga, menyelusup

Entah kenapa tetiba bayangan Puan ada di mana-mana: Di papan reklame yang meraksasa, mainan cahaya dari lampu-lampu sepanjang jalan, pada gerak langkah, di setiap denyut nadi dan aliran darah 

Dan kini bersembunyi di balik cermin, misterius, seperti memasuki lorong-lorong labirin, menuju tangga sebuah istana 

Puan, bidadari kah engkau? 

Dirimu, bidadari, kurasa tak ada bedanya 

***

Cilegon, Agustus 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun