Terserah engkau akan membuka di halaman berapa, selalu ada doa ibu untuk anak-anaknya, pada setiap bab, di sepanjang kalimat, dan terselip di lipatan kata, menderas, seperti mata air yang memancar di lekuk gunung di sela-sela batu cadas
Sebagaimana matahari yang tak pernah ingkar, begitu pula doa seorang  ibu selalu menguar, membaluri tubuh anak-anaknya hingga ujung usia, dengan harap, dengan cemas, diiringi ratap, diwarnai was-was
Rengkuh peluk yang menghangatkan, ketika anak menggigil demam menjalar ke seluruh badanÂ
Doa-doa itu juga yang menuntun keberanian, saat awal langkah di gerbang sekolahÂ
Menunjukkan arah, bagaimana agar tak tersesat jalan ke Barat, merenung tafakur saat duduk di Timur, menegakkan kepala ketika jatuh di Utara, dan penuh harapan berdiam di SelatanÂ
Juga mengajarkan cara memandang puncak ketinggian, yang selalu dimulai anak tangga terbawah, kadang tersandung di tengah, atau meluncur kembali ke awal langkah, dan hanya sedikit yang bisa menggapai langit impianÂ
Dan doa ibu tetap bergema pada kamar-kamar yang kosong, walau anak-anaknya sering lupa, asyik sendiri  dengan dunianya
Seribu kitab ibu tak kan pernah tamat, karena seorang ibu tetap menunggu dengan doa-doanya, walau ajal semakin dekatÂ
***
Cilegon, Juli 2020Â