Saat ia melongok ke bawah angkotnya, terlihat benda hitam. Amri terkesiap. Seekor kucing. Kucing hitam!Â
Amri cemas. Menurut yang ia dengar-dengar, ini akan membawa sial. Dengan cepat Amri membungkus bangkai kucing itu dengan jaket yang dipakainya.Â
Ia tak memikirkan lagi jaketnya yang seharga tiga ratus ribu, dan baru dibeli seminggu yang lalu. Yang ia dengar begitu cara membuang sial, kalau kita menabrak seekor kucing. Bangkai kucing itu kita bungkus dengan baju yang kita pakai.Â
Dengan bantuan sepotong kayu Amri menggali tanah, dan menguburkan bangkai kucing itu. Untunglah ada hujan semalam, dan tanahnya berpasir, hingga memudahkan Amri menggalinya.Â
Perasaan Amri kini sedikit lega. Mudah-mudahan nanti tak terjadi sesuatu apa pun pada dirinya.Â
***
Perempuan Tua.Â
Jam dua dini hari Mak Jum sudah berada di Pasar Kranggot, Cilegon. Secepat itu ia sudah berada di pasar, karena memang untuk belanja keperluan sehari-hari yang akan dijualnya pagi hari. Dan Pasar Kranggot jam satu dini hari sudah mulai ramai.Â
Ia membeli bermacam-macam bumbu dapur, semuanya sudah dibungkus dengan kantong-kantong kecil. Juga beberapa bungkus sayur asem, beberapa bungkus sop-sopan. Tak ketinggalan cabe ( merah dan rawit ), bawang, dan tomat.Â
Sayur kangkung, bayam, sawi, daun singkong.Â
Dan ikan; dibungkus setengah-setengah kilo. Juga beberapa bungkus gesek ( ikan asin ).Â