Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Surat kepada Laut

8 Juni 2020   15:19 Diperbarui: 8 Juni 2020   15:19 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Ottielie/ Pixabay.com 

Telah kulihat kepak sayap burung camar, pada seribu foto di seribu perjalanan. Ada pula senja, cahayanya mengirim muram 

Memantul pada bola mata, mungkin bias dari kilauan minyak yang tumpah, atau tebaran dari berton-ton sampah

Terumbu karang mengerang, orang-orang melemparkan ketakpedulian, plastik-plastik membuat dasar laut menjadi hamparan ladang 

Apa perlu ditanya para nelayan. Perahu-perahu mereka oleng. Bukan karena robek menghantam karang, atau tersebab amuk gelombang, tapi Ikan-ikan yang jauh berenang ke tengah lautan, atau mabuk menelan limbah mati perlahan 

Aku tak dapat membayangkan, anak-cucu kami melihat keindahan tubuhmu hanya dari gambar-gambar usang, lewat cerita-cerita, dari sekumpulan ensiklopedia, atau buku-buku tua yang berdebu, tersimpan di sudut perpustakaan yang jarang pengunjungnya 

Kutulis ini untukmu, laut, dengan sepenuh puisi. Tak apa kalau kau tak bisa membalasnya 

Salam kecintaanku 

Ttd: Aku 

***

Cilegon, Juni 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun