Kipas angin tak lagi bisa berputar. Mungkin sarat dengan debu, atau ada yang patah, barangkali juga mur-nya yang longgar
Mungkin kipas itu terlalu lelah, karena tak henti mendinginkan hati, yang selalu berapi, membakar hal-hal yang tak perlu, bahkan tak ada kaitan dengan diri. Demi amarah yang tak mempunyai mata. Demi cinta yang kehilangan arahÂ
Kini teronggok di sudut. Sepi. Tak ada yang mencatat riwayat perjalanannya. Untuk apaÂ
Karena sang pemilik akan mengganti dengan yang baru. Dengan putaran kipas yang menderu-deruÂ
Dan secara bersamaan, api akan selalu meletup berkobar, melompat dari ujung lidah
Lebih seru lebih membakarÂ
***
Cilegon, Juni 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H