Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah yang Tak Tercatat

7 Juni 2020   15:16 Diperbarui: 7 Juni 2020   15:13 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Freepik. 

Kipas angin tak lagi bisa berputar. Mungkin sarat dengan debu, atau ada yang patah, barangkali juga mur-nya yang longgar

Mungkin kipas itu terlalu lelah, karena tak henti mendinginkan hati, yang selalu berapi, membakar hal-hal yang tak perlu, bahkan tak ada kaitan dengan diri. Demi amarah yang tak mempunyai mata. Demi cinta yang kehilangan arah 

Kini teronggok di sudut. Sepi. Tak ada yang mencatat riwayat perjalanannya. Untuk apa 

Karena sang pemilik akan mengganti dengan yang baru. Dengan putaran kipas yang menderu-deru 

Dan secara bersamaan, api akan selalu meletup berkobar, melompat dari ujung lidah

Lebih seru lebih membakar 

***

Cilegon, Juni 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun