Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita tentang Kepergian

6 Juni 2020   13:25 Diperbarui: 6 Juni 2020   13:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Quangpraha/ Pixabay.com 

Aku masih ingat, seminggu yang lalu kau meninggalkan tawa di beranda. "Aku akan selalu menjemput matahari," katamu. Juga menunggu hujan, gerimis pun jadi. Kau selalu yakin, di ujung perjalanan akan terbentuk pelangi 

Rasanya baru kemarin, pecahan cerita saat di kantin kampus. Mi instan, makanan paling enak di dunia versi anak kos. Cowok, cinta, patah hati, dan kita terbahak sesudahnya 

Skripsi yang ditolak, dosen konyol yang kita sumpahi agar cepat masuk neraka. Keharuan 

Keharuan saat kita memakai toga 

Dan kita memasuki dunia kerja. Sebentar 

Sebentar

Jam dua dini hari, koak burung gagak melompat dari layar hape

Tentangmu, sebuah ujung perjalanan. Telah sampai 

***

Cilegon, Juni 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun