Tiga jam yang lalu aku masih bersamamu. Apa yang kuingat?Â
Yang kutahu ada tawamu, kusimpan dalam dompet, sewaktu-waktu bisa kulihat warna segar pada lidahmu. Juga bibirmu. Juga harum nafasmu. Mungkinkah kau telah makan permen yang diiklankan dalam ruang kepalamu
Ada juga yang kubawa dalam ingatanku, tanganku yang gemetar saat  meraba betismu; betis seperti yang digambarkan buku sastra lama: Bak bunting padiÂ
Tapi aku tidak membawa kotamu. Kotamu terlalu sumpeg untuk dibawa serta dalam bus iniÂ
Orang-orang lebih banyak diam. Mungkin mereka sedang meredakan pertengkaran dalam pikirannya masing-masingÂ
Dua bangku di belakang sopir dua lelaki berdebat. Mereka memuji dan mencaci pemerintah. Apa sebaiknya salah satu dari mereka kita jadikan presiden? Barangkali saja menjadi presiden semudah membeli bakso di perempatan. "Cabenya sedikit aja, Mas."
Kemudian mereka tertawa, entah apa yang mereka tertawakan. Rokok? Salah seorang menawarkan.Â
"Tidak. Ini bus ber-AC!"Â
***
Cilegon, Mei 2020.Â